Sore ini terasa begitu damai. Duduk di antara hamparan
tanaman hijau, aroma tanah bercampur daun-daunan menyatu dengan angin yang
lembut. Di hadapanku, secangkir kopi hitam mengepul, hangatnya melawan
dinginnya udara yang mulai terasa.
Aku memandang sekitar. Tanaman-tanaman ini, tumbuh dengan
subur di dalam polybag yang berbaris rapi. Mereka adalah simbol dari
kesederhanaan dan harapan. Kehidupan tumbuh dari tangan-tangan yang penuh
cinta. Aku pun teringat bagaimana semuanya dimulai, dari benih kecil yang
kemudian menjadi ladang hijau yang hidup ini.
Di kejauhan, matahari mulai turun perlahan, semburat jingga
mulai menghiasi langit. Aku menikmati setiap tegukan kopi, membiarkan rasa
pahit manisnya menyatu dengan suasana hati yang tenang. Sesekali, angin
bertiup, membelai dedaunan dan rambutku. Rasanya, seperti dunia ingin memberiku
jeda sejenak dari segala hiruk-pikuk.
Aku bertelanjang kaki di atas tanah, merasakan dinginnya
yang menembus. Di bawah sinar senja, semuanya terasa begitu sederhana, begitu
dekat dengan alam. Tidak ada suara bising kendaraan, tidak ada dering telepon,
hanya ada suara alam dan detak jantungku yang tenang.
Secangkir kopi ini bukan sekadar minuman. Ia adalah teman
dalam perenungan, medium untuk mengingat apa yang penting dalam hidup. Aku
memikirkan perjalanan, usaha, dan segala yang telah aku lewati. Dalam diam, aku
bersyukur.
Senja mulai tenggelam, membawa serta keindahan hari ini. Aku
tahu, esok akan datang dengan cerita baru. Namun, sore ini, secangkir kopi dan
keheningan alam adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati sering kali terletak
pada hal-hal yang sederhana.