Tampilkan postingan dengan label Ppp. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ppp. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 September 2022

Suharso Monoarfa diberhentikan dari posisi Ketum PPP

Dilihat dari peristiwa pencopotan Suharso Monoarfa dari jabatan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), terlihat jelas bahwa perkembangan politik ini menimbulkan sejumlah pertanyaan dan keprihatinan kritis. Keadaan seputar pemecatannya, proses pengambilan keputusan, dan implikasinya terhadap PPP dan politik Indonesia secara keseluruhan patut dikaji secara cermat.

Pertama dan terpenting, cara Suharso Monoarfa dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Umum PPP patut dipertanyakan. Keputusan pemberhentian masa jabatannya diambil ketika ia tidak hadir dalam rapat Mahkamah Partai, saat ia sedang menjalankan tugas resmi di luar negeri. Keputusan penting seperti itu idealnya harus melibatkan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan partai, termasuk pimpinan partai. Absennya Suharso pada momen penting ini menimbulkan kekhawatiran mengenai transparansi dan keadilan dalam proses internal partai.

Konsensus yang dicapai oleh tiga dewan PPP—Majelis Syariah, Majelis Kehormatan, dan Majelis Pertimbangan—terkait pemecatan Suharso juga harus dikaji secara kritis. Apakah keputusan-keputusan ini dipengaruhi oleh motif politik atau kekhawatiran yang tulus terhadap arah partai? Tanpa pemeriksaan menyeluruh atas alasan di balik keputusan-keputusan tersebut, sulit untuk menentukan apakah pemecatan Suharso merupakan hasil evaluasi obyektif atau perebutan kekuasaan internal.

Selain itu, penunjukan Mardiono sebagai Plt Ketua Umum, meski sejalan dengan pedoman AD/ART partai, menimbulkan pertanyaan mengenai stabilitas dan persatuan partai. Peralihan kepemimpinan, khususnya di partai politik, idealnya terjadi dengan lancar dan mendapat dukungan luas dari anggota partai. Fakta bahwa pemecatan Suharso tidak diikuti dengan transisi yang mulus menunjukkan adanya potensi faksionalisme atau perpecahan di dalam partai.

Penting untuk mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari pemecatan Suharso Monoarfa baik terhadap PPP maupun politik Indonesia secara keseluruhan. PPP secara tradisional memainkan peran penting dalam mewakili kepentingan komunitas Islam di Indonesia. Pergantian kepemimpinan yang tiba-tiba dan potensi perselisihan internal dapat melemahkan pengaruh partai tersebut dan berdampak pada prospek pemilunya.

Selain itu, cara penanganan masalah ini mungkin mempunyai implikasi yang lebih luas terhadap kondisi demokrasi dan transparansi politik di Indonesia. Kepercayaan masyarakat terhadap institusi dan partai politik bergantung pada keadilan dan keterbukaan proses internal mereka. Jika pemecatan Suharso dianggap sebagai hasil kesepakatan rahasia atau perebutan kekuasaan, hal ini dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap PPP dan sistem politik Indonesia.

Pemecatan Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum PPP telah menimbulkan pertanyaan serius mengenai proses internal partai, transparansi pengambilan keputusan, dan arah masa depan partai. Kajian kritis terhadap persoalan-persoalan ini penting untuk menjamin kesehatan demokrasi Indonesia dan integritas partai-partai politiknya. Masih harus dilihat bagaimana partai dan para pemimpinnya akan mengatasi tantangan-tantangan ini dan apakah mereka dapat memperoleh kembali kepercayaan dari para anggotanya dan masyarakat luas di Indonesia.

Sabtu, 30 April 2022

PPP Madina Peduli Yatim


 “Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan kamu mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.” (HR. ‘Abdurrazaq)

Ketika kita memberikan kebahagiaan kepada orang lain, sebenarnya kita sedang membahagiakan diri sendiri.

Kegiatan berbagi takjil dan santunan kepada anak yatim dan masayarakat umum dalam rangka program Ramadhan 1443 H oleh DPC PPP Kab. Madina dan WPP Kab. Madina di Panyabungan Jae (Sabtu, 30/4/2022).