Sejak lama saya memiliki ketertarikan mendalam pada sejarah—sebuah ketertarikan yang tumbuh dari rasa penasaran tentang siapa kita, dari mana asal identitas bangsa ini, dan bagaimana peradaban yang pernah berdiri mempengaruhi cara kita hidup hari ini. Dari berbagai babak sejarah Nusantara, periode kerajaan Hindu–Buddha selalu menjadi salah satu yang paling memikat bagi saya. Bukan hanya karena kejayaannya, tetapi karena warisan intelektual, budaya, dan nilai-nilai yang masih terasa hingga kini.
Awal Peradaban Hindu–Buddha di Nusantara
Masuknya pengaruh Hindu–Buddha ke kepulauan Indonesia bukanlah proses paksaan, melainkan interaksi panjang antara pedagang India dan masyarakat lokal sejak abad pertama Masehi. Dari pertukaran dagang, muncul pertukaran gagasan—tentang religi, filsafat, sastra, hingga tata kelola pemerintahan. Di sinilah Nusantara mulai mengenal konsep kerajaan, hierarki sosial, dan administrasi politik yang lebih terstruktur.
Kerajaan pertama yang mendapat catatan sejarah adalah Kutai Martadipura di Kalimantan Timur, dengan prasasti Yupa yang memuat nama Raja Mulawarman. Dari sini, kita melihat bahwa bangsa kita sejak awal sudah mampu menyerap pengaruh luar tanpa kehilangan identitasnya.
Masa Kejayaan: Tarumanegara, Sriwijaya, dan Majapahit
Tidak bisa dipungkiri bahwa puncak kejayaan Hindu–Buddha tercermin pada dua kerajaan besar: Sriwijaya dan Majapahit.
-
Sriwijaya, dengan pusatnya di Sumatera, menjadi kerajaan maritim yang menguasai jalur perdagangan internasional. Namun di balik kejayaan ekonominya, Sriwijaya juga berkembang menjadi pusat pembelajaran Buddha berkelas dunia. Catatan I-Tsing menunjukkan bahwa banyak pelajar dari Asia datang ke Nusantara untuk belajar agama, bahasa, dan filsafat.
-
Majapahit, di sisi lain, melambangkan era konsolidasi politik dan budaya. Dibawah Gajah Mada, Indonesia mencapai penyatuan wilayah terluas dalam sejarahnya. Bukan hanya itu, Majapahit melahirkan karya-karya monumental seperti Nagarakretagama dan Sutasoma, karya yang kelak memberi kita semboyan Bhinneka Tunggal Ika—sebuah prinsip persatuan yang masih relevan hingga hari ini.
Pengaruh Hindu–Buddha dalam Kehidupan Indonesia Modern
Ketika menelusuri jejak sejarah itu, saya semakin yakin bahwa pengaruh Hindu–Buddha tidak berhenti pada masa lalu. Ia meresap hingga ke kehidupan kita hari ini—baik disadari maupun tidak.
-
Sistem pemerintahan dan konsepsi raja/negara dalam tradisi Nusantara banyak dipengaruhi oleh pola kerajaan Hindu-Buddha.
-
Bahasa Sanskerta menyumbang banyak istilah penting seperti desa, manusia, bahagia, agama, pustaka, raja, hingga nama bulan dalam kalender nasional.
-
Arsitektur dan seni masih terlihat dalam bentuk candi, motif batik, tarian, dan simbol-simbol kerajaan.
-
Bahkan nilai-nilai seperti toleransi, harmoni, dan persatuan dalam keberagaman merupakan warisan intelektual yang lahir dari interaksi budaya panjang di masa tersebut.
Sebagai seseorang yang menggemari sejarah, saya merasa bahwa memahami periode Hindu–Buddha tidak hanya membantu kita mengenali jati diri bangsa, tetapi juga mengajarkan bagaimana leluhur kita mampu merangkul perubahan tanpa kehilangan karakter lokal. Mereka menerima pengaruh luar, mengolahnya, dan menjadikannya bagian dari kebudayaan Nusantara—sebuah sikap bijak yang tetap relevan di tengah derasnya modernisasi zaman ini.
Mengapa Sejarah Ini Penting Bagi Saya?
Menengok kembali sejarah Hindu–Buddha membuat saya selalu teringat bahwa Indonesia adalah hasil dari proses panjang perjumpaan budaya. Periode ini menunjukkan bahwa kita bukan bangsa yang pasif, melainkan bangsa kreatif yang mampu berdialog, mengolah gagasan, dan membentuk peradaban sendiri.
Ketika melihat candi, membaca prasasti, atau mempelajari sistem kerajaan kuno, saya merasakan semacam “hubungan batin” dengan masa lalu—seakan kembali kepada akar yang memberi kekuatan bagi karakter bangsa kita hari ini.
Sejarah Hindu–Buddha bukan sekadar cerita kejayaan, melainkan fondasi yang membentuk cara berpikir, berbudaya, dan hidup sebagai bangsa Indonesia. Dan bagi saya pribadi, memahami sejarah ini seperti menyusun kepingan jati diri, satu per satu.
