Jumat, 10 Juli 2020

Musim Pilkada (Lagi)



Tiba lagi musim pilkada. Di medsos mulai riuh tetang pencalonan-pencalonan. Aku teringat pertanyaan seorang kawan di medsos beberapa tahun lalu. Kalau ga salah menjelang Pilkada kab. Madina 2010 lalu. Seringkali ia bertanya mengapa ada banyak tokoh yang ingin turun lamgsung ikut berkompetisi dalam pilkada. Apa yang menjadi alas an mereka harus ikut jadi calon bupati katanya. Apa rupanya yang sudah mereka berikan pada daerah ini? Dan modal apa yang mereka miliki untuk mencalon? Aku mencoba menjawab seperti berikut.


1. Mengenai alasan utk menjadi calon bupati,

Menurut pendapat saya adalah karena ada suatu visi tertentu yg ada dalam diri si calon tersebut yg berhubungan dengan peran, tugas, dan tanggung jawab yg dapat diberikan oleh seorang yg mengemban tugas sebagai bupati di suatu kabupaten.

Sebagai kepala daerah seorang bupati akan memiliki kewenangan-kewenangan tertentu terkait dengan segala aspek pemerintahan di daerah. dengan kewenangan-kewenangan itu seorang bupati tentu dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mengelola daerahnya. dan hal itu akan menyentuh aspek-aspek tertentu dalam masyarakat (barangkali aspek-aspek tertentu inilah yg ingin dimajukan, dibangun, atau  disejahterakan menurut cita-citanya itu. 

Apabila visi atau cita-cita itu adalah menurutnya terkait dengan peran, tugas, dan wewenang sebagai bupati, atau sederhananya tugas itu hanya bisa dijalankan apabila menjabat sebagai bupati, maka seseorang yg mempunyai visi tertentu dan merasa mampu utk memajukan masyarakat di daerahnya itu (mudah-mudahan demikian) tentu lebih dapat mewujudkan visinya itu apabila ia berperan sebagai bupati. itulah sebabnya ia mau dan berusaha utk memperoleh peran tersebut. 

2. Mengenai apa yg sudah diberikan,

Apabila kita telah mengetahui suatu latar belakang calon tertentu, track record, pengalaman, dan apa-apa yg sudah dilakukan utk masyarakat dan daerah, tentu kita lebih mudah utk memutuskan apakah calon tersebut memang layak dan pantas utk diamanahi dalam jabatan tertentu.

Namun, saya jg berpikiran bahwa seseorang itu tidaklah mutlak harus diketahui dulu apa yg sudah diberikannya baru kemudian ia berhak mencalonkan diri utk jabatan tertentu. sepanjang ia merasa mampu dan didasari niat yg benar serta maka sah-sah saja ia berusaha utk itu. dan barangkali dan semoga ketika ia berperan dalam posisi atau jabatan itulah ia dapat memberikan apa yg dapat ia berikan itu utk masyarakat atau daerahnya.

Bukankah masyarakat bisa melihat pada visi, misi, dan program yg ditawarkan oleh calon tersebut. apabila program-program itu menurut masyarakat cukup relevan, memadai, sesuai dengan apa yg dibutuhkan, dan mampu dilaksanakan tentu masyarakat akan memilih. semoga memang demikian. Meskipun ada juga yg beranggapan dalam masyarakat bahwa calon-calon tersebut hanya menawarkan mimpi-mimpi dan tak akan terwujud. tugas masyarakatlah utk turut berpartisipasi, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan pemerintahan daerah itu.

3. Mengenai modal yg dimiliki,

Modal itu tentu adalah visi, cita-cita, semangat, dan harapan yg dimiliki oleh calon tersebut, serta kemauan dan kemampuan dan dukungan utk menjalankannya. tanpa suatu cita-cita tertentu lalu apa yg akan disampaikannya kepada masyarakat, tanpa kemampuan tertentu lalu bagaimana ia akan melaksanakannya, dan tanpa dukungan tertentu lalu bagaimana ia bisa mengusahakannya sendiri.

Wallahu a'lam

Selasa, 07 Juli 2020

Mencintai Kopi



"Maaf yaa.. Aku bukan pecinta kopi." Begitu katamu ketika kuajak ngopi di kafe teduh di sudut kota yang biasa kita kunjungi..
Ya. Aku juga tak sedang merayumu untuk mencintai secangkir kopi itu.. namun jika dirimu mau memahaminya itu pun sudah memberi bahagia padanya.. sebahagia org yang meminumnya meskipun pahit namun tak sepahit derita kehidupan.. meskipun hitam tapi tak sekelam hati yg dirundung pilu..

Rabu, 01 Juli 2020

Dalam Jarak Rindu Tercipta



Tak apa menjaga jarak

Dalam jarak rindu tercipta 

Saat jarak menjadi pemisah

Itulah saat kita menanam rindu

Semakin lama waktu berjalan

Tunas rindu pun bertumbuh

Akar kasih sayang menghunjam tanah

Bercabang kepercayaan dan berdaun asmara

Beri ia pupuk perhatian

Jaga ia dari hama-hama jahat

Biarkan rindu semakin membesar

Serahkan seluruh ruang hati

Untuk rindu ini yang semakin membesar

Hingga akhirnya nanti

Kita bertemu menuai pertemuan cinta

Menikmati buah-buah kebahagiaan


Panyabungan, 30 Juni 2020




Senin, 15 Juni 2020

Ikan Cucut di Kayu Laut


Keta dik e manjalai ikan cucut..

Manjalaina sampe tu kayulaut..

Ulang be adik dabo buncut..

Bope baut tai nida les imut..

 

Pala kehe tu kayulaut..

Mangan ita dot ingkayu nairepus..

Ulang ho adik be buncut..

Takok usibit jolo upulos marpelus..

 

Aso aso dapot di kayulaut..

Ima ibaen jadi pangaronca..

Aso pe antong ho angkon nabuncut..

Na so do iba ison mambaca baca..

 

Nga uboto sayurmatinggi..

Tu sidimpuan ido boluson..

Nga mangua be anggi i..

Buncut maho abiskon sabornginon..

 

Bope anggi naso marbaut..

Padati i totop do marroda..

Bope songon ikan cucut..

Les totop doho imut uida..

 

(Panyabungan, 14/06/20 22.29)

Selasa, 09 Juni 2020

Mau jadi Apa?


Nanti sepuluh tahun lagi, Aku jadi apa ya?” Begitu pertanyaanmu malam itu..

Tak ada yang tahu kita seperti apa kedepannya.. Aku juga tak punya kemampuan meramal.. Aku hanya ingat beberapa ajaran yang pernah kubaca atau kudengar:

Menurut  keyakinan  Tao : biarkan hidupmu mengalir. Hidup ini seperti aliran air atau sungai. Ikuti saja arusnya kemana membawamu pergi.

Menurut  keyakinan Buddha : hiduplah sepenuhnya di momen detik ini. Tak perlu khawatir dgn momen lalu dan momen akan datang.

Menurut keyakinan Barat : aktualisasikan dirimu sebagaimana yg kau inginkan. Dream it. Kejar. Raih.

Menurut keyakinan Timur : engkau hanya bagian kecil dr alam semesta. Pelajari peranmu sebegai apa. Penuhi peranmu sebagaimana seharusnya.

Menurut Darma/Karma/Reinkarnasi : kikis terus, hapus terus, sampai habis karmamu di kehidupan sebelumnya. Agar semakin sempurna dan suci dirimu di kehidupan lebih lanjut. Kehidupan sekarang adalah saat ujiannya, jadi hari demi hari haruslebih baik dr hari sebelumnya.

Menurut para Sufi : naiklah terus, tahap demi tahap, maqom demi maqom, stingkat lebih tinggi dari sebelumnya sampai makrifat mengenal siapa kamu dan siapa Tuhanmu.

Jadi.. 10 tahun lg jd apa? Kamu hanya harus memenuhi peranmu yg seharusnya dgn lebih baik.

Jd pribadi yg baik. Profesional yg hebat. Insan yg meraih mimpinya. Sesuai apa yang bisa diraih dalam rentang waktu itu.

(Panyabungan, 08/06/20 20.33)

Seperti Berdiri di atas Bola


Aku merasa seperti berdiri di atas bola bulat yang mengapung di atas air danau. Sungguh repot dan sukar berjuang berdiri tegak dan diam di batas bola pijakan itu. Bolanya terus bergoyang nakal. Dan aku harus merentangkan tangan ke kanan.. ke kiri.. tegak.. menunduk.. jongkok.. ntah ngapain lagi biar tetap seimbang. Kadang pengen berdiri tegak. Kadang malah pengen jongkok. Kadang bola itu diam baik baik. Tapi air danau itu beriak. Kadang bola bagus. Air tenang. Tapi angin tiba-tiba saja muncul angin kencang. Kadang semua baik baik saja tapi aku gatal dan pengen garuk-garuk di suatu tempat eh jadi goyang lagi..

(Panyabungan, 08/06/20 23.46)

Sabtu, 06 Juni 2020

Ketika Hati Dilanda Gerimis

"Bagaimanakah perasaanmu kelak jika aku menikah? Akankah kau datang menghadiri undangan pernikahanku?" Begitu pertanyaanmu di akhir obrolan kita kemarin malam.

"Ya. Aku akan datang." Jawabku singkat dan yakin. Tapi sungguh aku tak kan bisa membohongi perasaan.


Aku tak kan sekadar duduk manis.

Melihatmu disana duduk di pelaminan.

Walau hati dilanda gerimis.

Doaku untukmu bahagia perkawinan.

Dikau tinggalkan sudah masa gadis.

Hidup sejahtera bahagia tujuan.



"Hah?" Mestikah dijawab dengan puisi?" Katamu.


"Ya. kita bercengkrama dengan berpuisi." Jawabku.

"Aku tak bisa berpuisi. Paling Hanya sekedar coret-coret saja. Aku cuma bisa mengkhayal." Katamu lagi.

"Ya. Aku jg membuatnya dengan berkhayal kok. Maka sudikah engkau membantu aku dengan dirimu menjadi khayalanku..? Mungkin itulah yang membuat semua kata kata muncul bertaburan tanpa ku tahu darimana datangnya." Begitu kataku. Dan kau merespon dengan kaget.

"Astaga. Kenapa berkhayal tentang aku? Kan aku nyata ada di depanmu?"

"Ya. Karena muatan air haru yang dikandung awan jiwa sudah tak tertampung lagi. Maka berjatuhanlah ia menjadi gerimis di hati yang gersang." Jawabku.


Karena kutahu..

Pabila dikau nyata di depanku..

Kuhanya bisa diam terpaku..

Namun jika dikau di alam khayalku..

Alam pikir dan lisanku serasa menjadi buku..



(Panyabungan 4 Juni 2020)

Kamis, 04 Juni 2020

Gubuk di tengah Gerimis


“Yaahh hujan ya..!” Kataku begitu merasakan gerimis mulai melanda di sore kemarin itu..

“Disini ngga bang..” Jawabmu.. mengherankan aku.

“Lho.. tapi deras ini lho. Emang kamu dimana?” tanyaku lagi penuh penasaran. Kok bisa ga ada hujan disitu pikirku.

“Di hati abang kan..?” Jawabmu lagi dengan lembut.

Duhh, aku jadi kelepek-klepek mendengarnya. Tapi aku lagi kehujanan ini. Aku khawatir hatiku juga turut  kehujanan (halah). Bagaimana kamu bisa ada disitu klo disitu juga hujan (heuheu).

Ah, biar kupersilakan saja “Hehe tentu saja.. Bisakah dikau berteduh disitu.. Di hatiku yang dilanda gerimis.. Bersabarlah.. Mungkin  sebentar lagi akan reda.. Maaf hanya ada gubuk lama yang sedikit reot dan goyah tempat untukmu berteduh disitu.. Moga hujan segera berhenti.”

“No problem. Everything will be better.” Jawabmu. Ucapan yang segera meredakan hujan dan menumbuhkan bunga-bunga indah semerbak di taman hatiku..

(Panyabungan, 03/06/20 17.36)

Momen


“Bagaimana kamu bersikap terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya? Apa yang kamu pikirkan sekarang?" Tanyamu padaku siang yang terik ini sambil menikmati jus segar di kantin

Ya, terkadang peristiwa pahit yang dialami memang membuat kita merasa berat dan ragu-ragu untuk melangkah. Rasanya hidup ini tidak adil, terlalu banyak peristiwa mengecewakan yang datang silih berganti.

"Aku coba lepaskan semua beban, hati, dan pikiran agar menjadi ringan untuk menikmati setiap jengkal kehidupan. Aku puas menjalani hidup dan menerima kondisi apapun yang terjadi." Jawabku.

“Kamu selalu menghargai setiap momen ya?” Tanyamu lagi..

"Ya. Kucoba bersyukur dengan apapun yang menimpa kita selama ini, menikmati setiap momen dengan ketulusan ini." Jawabku lagi sambil teringat dengan konsep momen.

Ada satu cara pandang terhadap momen yang menarik dalam salah satu ajaran. Lihatlah tiap detik hidupmu sebagai momen momen katanya. Hidup itu adalah momen-momen. Setiap momen berdiri sendiri. Momen detik ini adalah sekarang ini. Bukan momen yang telah berlalu. Bukan momen yg akan datang. Kita diciptakan untuk mengisi tiap momen dengan sepenuhnya. Tanpa harus terikat momen lalu dan terbebani momen akan datang. Hiduplah di momen yang sedang kamu jalani. Momen lalu biar berlalu. Momen akan datang bila tiba masanya.

(Panyabungan, 03/06/20 12.08)

Rabu, 03 Juni 2020

Ulang Dokon Sisa-Sisa

Ulok anggi marbisa..

Namonjap di rawa rawa..

Ulang dok anggi sisa sisa..

Na ondope torbit baya di roa..

 

Pala kehe amu tu poken donok..

Tabusi abit baen parompa..

Ulang paingot be au naonok..

Arana i madung do au lupa..

 

Mardalan anggi motor tu rao..

Naipalaluna tu pakan baru..

Mardalan ma au tujolo..

Manjalai hangoluan nabaru..

 

(Panyabungan, 27/05/20 12.15)

Sebait Puisi Menunggu Kantuk

"Kenapa berpuisi lagi? Tidurlah. Istirahat." Begitu komentarmu melihat postinganku malam tadi.

"Iya. Ga pa2. Sebentar lagi ku akan tidur." kubalas pesanmu singkat sembari pikiranku terus berputar, mengkhayal, bergoncang ingin membuncahkan isinya.

Kutulis sebait puisi untuk menunggu kantuk..

Menguras kata kata keluar dari bak pikiranku yg sudah melimpah menggenangi akal..

Mengosongkan pikiran barangkali meringankan beban akal..

Agar ku terlelap dengan isi pikiran yang baru..

Bak pikiran akan kuisi dengan tetesan air akal yang segar..

bagai telaga berisi mimpi dan angan masa depan yang lebih baik..


(Panyabungan, 02/06/20 00.12)

Sabtu, 30 Mei 2020

Pasangan Pra Eksistensi

A: Haduuuhhh. Jd ingat kata Plato. Mngkn dikau itu pasangan nempelku dulu di alam pra eksistensi. Konon dahulu sebelum mewujud di alam eksistensi, kita itu diciptakan berpasangan saling nempel tapi terbalik saling membelakangi. Punggungnya nempel. Lalu masing masing terpisah saat diciptakan, mewujud dan dikirim ke bumi.  

P: Sumpah aku kekeh bacanya..

A: Huss! Orang serius ngomong malah diketawain. Aku hrs seperti apa sih maumu agar tak ditertawai.. 

P: Ngga mesti gimana2 lho.. Karena menjadi dirimu sendiri itu lebih baik..

(Panyabungan, 30/05/20 23.08)

Mikimmu Mambaen Au Pingsan

Hum tu hutabangun dope bolusonku..

Madung sosak ulala tu sidimpuan..

Hum mikim pe ho dosar taroktokku..

Mur ma tata ho aropku aupe pingsan..


(Panyabungan, 30/05/20 08.02)

Kamis, 28 Mei 2020

Terjebak dalam Cinta

 “Aku seperti energi buatmu?” begitu pertanyaan tadi malam. “Ya. Semacam itu.” Kujawab singkat.

“Hmmm.. Mengesankan. Tapi, awas terjebak ya” katamu menanggapi.

Aku pernah menjelaskan bagaiamana pentingnya keberadaan dirimu bagiku. Tapi soal “terjebak” ini, aku malah terinspirasi membuat pantun..

 

Sonjia ma iba get mambajak..

Angke nadaoan baya tu siabu..

Sonjia dope ningiba inda terjebak..

Naso jebakan pe au leng madabu..

 

“Madabu marguling-guling? Tanyamu sambil menahan ketawa.

 

Inda hum di mandailing..

Lalu ubolus baya tano batak..

Inda hum madabu marguling guling..

Lalu do ronjom lanom marlamutak..

 

(Panyabungan, 27/05/20 20.06)

Rabu, 27 Mei 2020

Sepenting Angin bagi Sampan yang Berlayar di Lautan


"Emangnya kehadiranku penting?" Begitu tanyamu di saat kumengingatkan untuk hadir di acara itu.
"Ya. Tentu dong kamu penting." Jawabku.
"Sepenting apa aku ada?" Tanyamu lagi.
"Sepenting desiran angin untuk sampan layar yang mengarungi lautan." Kucoba beranalogi menjawabnya.
"Pabila angin ada.. sampan kan berlayar penuh gairah mencapai tujuan."
"Lalu, kalau aku tak ada?" Katamu menanggapi.
"Ya, jika angin tiada.. tidaklah itu memutus harapan bagi sampan untuk terus berlayar menuju tujuannya.. bukankah ada dayung yang bisa membantu pergerakannya.."
"Dayung bergerak, maka sampan pun berlayar.. walau pun pelan.. namun tak putus harapan.. dia tetap penuh asa.. mngkn suatu waktu angin akan berhembus kembali dan bergerak bersama menuju pulau harapan.."
"Bagimana jika aku cuma menjadi angin lalu?" Sambungmu
"Angin hanya akan menjadi angin lalu jika ia hanya berdesir bergerak lalu tanpa mendorong layar dan membawanya bergerak bersama.."
"Cukup menyedihkan" Suaramu terdengar lirih..
"Jika hanya ingin berlalu.. jadilah angin sepoi sepoi yang menyejukkan di kala terik mentari mendahagakan jiwa dan membakar asa.. agar desiranmu memberi keteduhan dan kesegaran sampai hujan turun menyegarkan bumi.." Ucapku menutup percakapan sore tadi..
(Panyabungan, 27/05/20 15.03)

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran, Cinta, dan Kata-Kata



Ada hal yang paling aku suka dari lebaran, seperti saat ini, yakni kata-kata yang tiba-tiba jatuh cinta pada setiap orang. Dan, tidak pula bertepuk sebelah tangan. Orang-orang pun mencintai kata-kata.

Aku pun pengen mengucapkan kata-kata ini:

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan Batin.


Sabtu, 23 Mei 2020

Kopi, Musik, dan Desiran Angin

Dari tadi antri menunggu giliran potong rambut.Ditemani secangkir kopi. Dan musik tapsel madina yg sungguh menggugah hati. Thanks kopi dan musik, serta desiran angin malam yg membantuku menyingkap malam dengan seuntai dua untai kata kata..

(Panyabungan, 22/05/20 21.56)

Puisi MENGGAPAI TAJALLI oleh: Khairul F.Sean

Negara, Rakyat, dan Korona


Satu-satunya langkah paling nyata yang kita lakukan untuk menyelesaikan masalah korona adalah dengan berpendapat.

Rakyat berpendapat pemerintah gagal menangani korona, dan pemerintah berpendapat rakyat belum memiliki kesadaran pribadi untuk menghentikan laju penyebaran korona.

Jumat, 22 Mei 2020

Mengenalimu

Aku tak terlalu mengenalmu...

Yang kuketahui hanyalah namamu..

Sebutanmu.. Panggilanmu..

Kuketahui taklah berarti kukenali..

Kukenali pun tak pula terkait urgensi..

Untuk apa dikenali kalaulah tak dipahami..

Cukuplah diketahui tapi bisa memahami..

Kamu yang selalu tampil dengan anggun dan kemayu..

Kamu yang senantiasa sigap, siaga, dan waspada terhadap rasa takut..

Kamu yang selalu enak dan santuy diajak berbagi pendapat..

Aku mungkin tak terlalu mengenalmu..

Kuingat kata Weber..

Dunia sosial tak harus seperti ilmu alam yang harus menjelaskan obyek..

Tapi dunia yang penuh relasi dengan tujuan mencoba memahami..

Aku mungkin tak mengenalmu..

Tapi aku kan selalu mencoba memahamimu..


 (Panyabungan 22/05/20)

Memandang Masalah

Ketika mendebatkan suatu masalah. Aku berusaha untuk meletakkannya sesuai porsinya. Aku ceritakan sebagai situasi/keadaan, yg sedang terjadi. Kemudian cara pandangku. Bukan pembelaanku atau seranganku. Dan memberikan kesempatan pada org lain yg mendengar utk memberi penilaiannya sendiri. Baik utk disimpan sendiri atau utk disampaikan kembali padaku.

(Panyabungan, 20/05/20 00.58)

Kamis, 21 Mei 2020

Walau Berat tapi Hadapi

Sebenarnya berat sekali. Rasa "berat" nya ada di berbagai sisi dan lini. Kasus berat. Tapi kucoba meletakkannya sebagai fakta/realita yg memang sedang terjadi dan hrs dihadapi secara logis. Bisa saja "rasanya" memalukan karena ini terjadi, tapi kadang terpikir jg ini memang hrs terjadi.


(Panyabungan, 20/05/20 00.51)

Selasa, 12 Mei 2020

Definisi itu sempit

Mengapa dikau memaksakanku mendefinisikannya.. sungguh definisi itu amat terbatas dan distortif. Amat jauh keluasan yg terkandung di dalam konsep tersebut mestinya sebelum didefinisikan. Tapi akibat definisi itu ia tersempitkan..

11/05/20 23.52 

Sabtu, 02 Mei 2020

Pendidikan Dasar untuk Semua

Negara wajib menyediakan pendidikan dasar buat semua warganya. Apakah negara sudahsanggup melakukannya? Belum. Jauh. Kelompok masyarakat serta ormaslah yang telah membantu negara menjalankan kewajibannya, juga guru-guru non-PNS yang bayarannya tak seberapa. Dan negara sering lupa terhadap mereka. 

Selamat Hari Pendidikan!

Kamis, 30 April 2020

Percaya atau Ragu

Mungkin kalau ingin menjadi seorang Pecinta, kita tidak bisa bertahan lama bersikap menjadi filsuf, tapi harus memilih jalan seperti di jalur religius, yaitu percaya dan beriman, bukan seperti dorongan filosofis, yaitu meragukan & menyelidiki. 

Kita harus lebih memilih risiko menjadi salah dan jatuh cinta daripada senantiasa dalam keraguan dan tanpa cinta..

Jumat, 24 April 2020

Kamis, 23 April 2020

Negara dan Kutu Buku


Bangsa ini didirikan oleh para kutu buku, kemudian seiring berjalannya waktu bukunya hilang dan hanya menyisakan kutu..

Sabtu, 18 April 2020

Seberapa mengerikan #COVID19 ?



Virus masuk lewat saluran napas atas, menyebar ke paru, mencetuskan reaksi radang yg sistemik dan massif.

Dampaknya dapat terjadi pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung dan pembuluh darah, hati, ginjal, usus.

Belum ada obat yg efektif.