Jumat, 25 September 2020

Malamun Lasiak Rata



malamun lasiak rata..

naioban tu parjagalanan..

malungun manyiak do ulala..

Patunda ni dongan saparmayaman..

Kamis, 10 September 2020

Vaksin Lokal Covid-19 Diproduksi Massal Pertengahan 2021


Indonesia mengembangkan vaksin yang diprediksi akan tersedia pada 2021 nanti. Saat ini terdapat beberapa jenis calon vaksin virus Corona (Covid-19) yang mulai diujikan kepada manusia.

“Dari 15 tahapan yang harus dipenuhi, saat ini calon vaksinasi Indonesia telah berhasil melalui delapan tahapan. Akan menuju ke tujuh langkah berikutnya, dimana proses yang berikut ini membutuhkan waktu yang lebih lama,” kata Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro, di BNPB Jakarta, Selasa (7/7/2020).

Menurut Reisa, setidaknya ada beberapa vaksin dalam tahap uji klinis pada saat ini.

Selengkapnya : https://bit.ly/3fbFQ1s


Rabu, 09 September 2020

Kisruh APD Tenaga Kesehatan


KISRUH pengadaan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan terjadi sejak awal pandemi. Sebanyak 2 juta alat pelindung menumpuk dan tak tersalurkan ke berbagai daerah. Di tengah kebutuhan yang mendesak, Kementerian Kesehatan malah menunjuk perusahaan yang tak punya pengalaman memproduksi peralatan itu. Disebut-sebut ikut menyebabkan tumbangnya tenaga kesehatan.

Minggu, 06 September 2020

New Normal tanpa Protokol


Satu per satu kantor pemerintahan ditutup karena karyawannya terpapar COVID-19. Hal ini dinilai ironis karena pemerintah mempromosikan new normal yang intinya adalah penerapan protokol.

Sabtu, 05 September 2020

Sense of Crisis, Pandemi Covid, Pilkada 2020


Selandia baru tunda pemilu. Lantaran ada lonjakan 49 kasus baru. Padahal, jumlah kasus di negeri ini relatif kecil: total 1782 kasus dan kematian 24 orang. Di Indonesia berapa kasus dan kematian, kok nekat Pilkada?

Dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Presiden telah mengingatkan segenap jajaran pemerintah untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 melalui tiga klaster, yakni klaster perkantoran, klaster keluarga, dan klaster Pilkada.

Pilkada serentak tidak boleh menjadi cluster baru penyebaran Covid-19. Protokol kesehatan hrs diterapkan dengan ketat di setiap tahapan pilkada. Panitia harus mengintensifkan koordinasi dg paslon, penegak hukum dan masyarakat. Semua pihak harus mentaati demi keselamatan bersama.

Mengapa Pilkada di tengah bencana harus ditunda? Untuk menjaga kesehatan dan keselamatan rakyat hrs fokus, butuh anggaran besar & sudah banyak yg berguguran. Doa untuk mereka yg sdh mendahului kita.

Jumat, 04 September 2020

Sistem Kesehatan Indonesia Kolaps?


Jika kondisi wabah yg terus meroket di Indonesia saat ini terus berlanjut. Maka sistem kesehatan kita akan segera kolaps. Ruang ICU dan kamar-kamar RS tidak akan mampu lagi menampung pasien baru. Ini bukan prediksi tapi konsekwensi logis dari sikap dan kebijakan Pemerintah.

Mari jaga diri baik-baik karena kondisi sedang tidak baik-baik saja. Usahakan jangan sampai tertular covid, sebab jika tertular saat ini kalian akan sangat sulit mendapatkan layanan kesehatan. Disiplinlah pakai masker dan jangan keluar jika tidak perlu!

Kamis, 03 September 2020

Kritik atas Revisi Undang-Undang MK


Revisi Undang-Undang Mahkamah Konstitusi memantik kritik dari kalangan akademikus pemantau lembaga peradilan dan masyarakat luas. Mereka menyoroti pembahasan yang supercepat dan tertutup di DPR. Mereka pun mempermasalahkan revisi yang menguntungkan sebagian besar hakim yang sedang menjabat, tapi tidak menyentuh hal-hal substansial  untuk penguatan MK secara kelembagaan.

Senayan mengebut revisi Undang-Undang Mahkamah Konstitusi hanya untuk mengubah usia dan masa jabatan hakim. Mengabaikan hal yang lebih substansial, revisi dinilai sebagai hasil kompromi kedua lembaga.


Minggu, 30 Agustus 2020

Selasa, 25 Agustus 2020

Gedung Terbakar, Habis Perkara?


Gedung utama Kejaksaan Agung hangus terbakar ketika Korps Adhyaksa tengah menangani perkara besar, termasuk kasus dugaan suap Joko Tjandra untuk sejumlah jaksa. Spekulasi tentang nasib berkas perkara tetap mencuat, meski Kejaksaan menjamin keamanannya.

Minggu, 23 Agustus 2020

Target Ambisius Ekonomi 2021


PEMERINTAH mempertahankan kebijakan defisit anggaran di atas 3 persen dari produk domestik bruto pada 2021 sebagai kelanjutan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi nasional. Belanja digenjot untuk mendorong target pertumbuhan ekonomi yang dipatok di kisaran 4,5-5,5 persen. 

Apakah target ini tidak terlalu ambisiu di tengah masih lesunya konsumsi masyarakat, investasi, dan belanja negara saat ini?

Jumat, 14 Agustus 2020

Bantuan Subsidi untuk Pekerja Swasta

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan menapis data 15,72 juta pegawai swasta bergaji di bawah Rp 5 juta yang bakal menerima bantuan pemerintah. Tanpa data akurat, subsidi Rp 600 ribu per bulan untuk meningkatkan daya beli - agar mengungkit perekonomian nasional yang tengah lesu - itu berpotensi salah sasaran.

Selasa, 11 Agustus 2020

Pembelajaran Jarak Jauh yang tidak Efektif



Program pembelajaran jarak jauh secara daring (online) yang digagas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak berjalan efektif. Para murid, orang tua, dan guru di banyak daerah kelimpungan menjalaninya karena minimnya akses Internet, ketiadaan gawai, hingga harga paket data yang tak terjangkau. Bagaimana pemerintah mengatasi persoalan ini agar kegiatan pendidikan bisa terus berjalan di tengah pandemi?

Senin, 10 Agustus 2020

Riset dan Inovasi yang tertinggal


Indonesia masih tertinggal dalam urusan riset dan inovasi. Dibanding negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, keberpihakan pemerintah berupa anggaran riset dan inovasi nasional terbilang kecil. Pemerintah juga belum terbiasa mendasarkan kebijakannya pada kajian lembaga penelitian. Melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional, pemerintah mencoba menyatukan kekuatan dengan dunia akademik dan industri serta membentuk ekosistem pengetahuan.

Rabu, 05 Agustus 2020

Hidup itu Tanpa Makna?


Ketika Anda bertemu lagi dengan seorang eksistensialis, tanyakan eksistensialis macam apa dia. Ada banyak jenis eksistensialisme seperti yang dikemukakan oleh para pemikir terkenal. Beberapa yang paling terkenal antara ian seperti Jean-Paul Sartre, Simone de Beauvoir, dan Albert Camus. 

Albert Camus lahir di Mondovi (sekarang Deraan), Aljazair, 7 November 1913 – meninggal di Villeblevin, 5 Januari 1960 pada umur 46 tahun, adalah seorang penulis/filsuf Prancis kelahiran Aljazair. Seringkali ia digolongkan sebagai seorang penulis eksistensialis, tetapi kemungkinan ia lebih tepat disebut sebagai seorang absurdis. Camus adalah seorang keturunan Spanyol.

Pada tahun 1957 ia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Sastra. Ia teman Jean Paul Sartre, seorang sastrawan eksistensialis dan Simone de Beauvoir. Ia meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Villeblevin pada 5 Januari 1960.

Menurut Camus, hidup manusia itu absurd. Letak absurditasnya adalah (1) di satu sisi manusia hidup mengarah/menuju pada masa depan sementara (2) di sisi lain, masa depan itu makin mendekatkan manusia pada kematian. Karena menghadapi absurditas itu, manusia sering kali melakukan "salto", atau dengan kata lain melarikan diri, dengan (1) menenggelamkan diri pada agama atau ideologi tertentu atau (2) bunuh diri.

Baik "salto" ke dalam agama atau ideologi maupun melakukan bunuh diri ditolak oleh Camus sebagai solusi dari absurditas hidup manusia. Solusi yang ditawarkannya adalah melakukan pemberontakan atas hidup (revolt). Maksudnya, menghadapi hidup dengan berani tanpa perlu takut pada bahaya kematian yang bisa datang setiap saat tanpa diketahui.

Pelajaran TED-Ed animasi di atas menjelaskan peristiwa sejarah dan pengalaman pribadi yang membawa Camus pada pandangan dunianya.


Sabtu, 01 Agustus 2020

12 Ilmu Penting Dalam Kehidupan

Dalam kehidupan kita, banyak hal-hal penting yang perlu kita pelajari. video ini menjelaskan 12 ilmu penting dalam kehidupan menurut Tung Desem Waringin.

Simak dan share video ini untuk keluarga dan kerabat Anda!




#TungDesemWaringin #TDW


Jumat, 31 Juli 2020

Kompatibilitas, Prasyarat Cinta?



Kita memiliki kebiasaan untuk memilih tanda-tanda yang menyiratkan kompatibilitas sebagai sarana untuk membenarkan hubungan. Tapi Kita memiliki kecenderungan untuk "hanya mengingat hal-hal yang baik".

Selektivitas seperti itu mungkin menjadi alasan kegagalan hubungan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Armstrong, kompatibilitas tidak cukup untuk mendorong hubungan karena tidak akan pernah bisa dipenuhi. Kompatibilitas mesti harus dilihat sebagai pencapaian daripada prasyarat cinta (Armstrong, 36) sedangkan Kita menggunakan kompatibilitas justru sebagai kriteria seleksi dan penegasan.

Akan selalu terjadi adanya kesenjangan antara ekspektasi dan kenyataan, maka mari kembali ke poin Freud tentang idealisasi di mana kunci untuk menjaga hubungan atau cinta tetap bertahan membutuhkan elemen imajinasi.

Senin, 27 Juli 2020

Selamatkan PLN atau Regulasi Listrik Nasional?



Bukan sekadar PLN yg perlu diselamatkan tapi regulasi listrik nasional. bagaimana misalnya jika dihapus monopoli PLN, biarkan swasta dan asing masuk agar tercipta persaingan yg sehat sehingga konsumen diuntungkan karena bisa memilih yg paling baik dan paling murah? Apakah itu mungkin?

https://kumparan.com/kumparanbisnis/nasib-pln-utang-menggunung-dan-terancam-kolaps-1tsS2HG1fCf?utm_source=kumDesktop&utm_medium=copy-to-clipboard&utm_campaign=share&shareID=OPMn4B1xB8JZ

Senin, 20 Juli 2020

Aku Tak Sempurna, Tapi Kumencintaimu




Aku ingin selalu ada di dalam hatimu..

Tapi aku sadar, aku tak sempurna..

Aku juga tau, aku sering salah..

Aku tidak akan memaksamu untuk menyayangiku..

Tapi aku akan selalu mencintaimu..

Jumat, 17 Juli 2020

Lelah Merangkai Kata



Kadang merangkai kata itu memang capeknya melebihi aktifitas fisik.. mungkin karena kata kata bukanlah produk si jasad fisik saja.. tapi juga tubuh ruhani.. jd double capeknya. Tubuh ruhani capek konsepnya.. tubuh jasad capek ngeluarin wujud formalnya..

Jumat, 10 Juli 2020

Musim Pilkada (Lagi)



Tiba lagi musim pilkada. Di medsos mulai riuh tetang pencalonan-pencalonan. Aku teringat pertanyaan seorang kawan di medsos beberapa tahun lalu. Kalau ga salah menjelang Pilkada kab. Madina 2010 lalu. Seringkali ia bertanya mengapa ada banyak tokoh yang ingin turun lamgsung ikut berkompetisi dalam pilkada. Apa yang menjadi alas an mereka harus ikut jadi calon bupati katanya. Apa rupanya yang sudah mereka berikan pada daerah ini? Dan modal apa yang mereka miliki untuk mencalon? Aku mencoba menjawab seperti berikut.


1. Mengenai alasan utk menjadi calon bupati,

Menurut pendapat saya adalah karena ada suatu visi tertentu yg ada dalam diri si calon tersebut yg berhubungan dengan peran, tugas, dan tanggung jawab yg dapat diberikan oleh seorang yg mengemban tugas sebagai bupati di suatu kabupaten.

Sebagai kepala daerah seorang bupati akan memiliki kewenangan-kewenangan tertentu terkait dengan segala aspek pemerintahan di daerah. dengan kewenangan-kewenangan itu seorang bupati tentu dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mengelola daerahnya. dan hal itu akan menyentuh aspek-aspek tertentu dalam masyarakat (barangkali aspek-aspek tertentu inilah yg ingin dimajukan, dibangun, atau  disejahterakan menurut cita-citanya itu. 

Apabila visi atau cita-cita itu adalah menurutnya terkait dengan peran, tugas, dan wewenang sebagai bupati, atau sederhananya tugas itu hanya bisa dijalankan apabila menjabat sebagai bupati, maka seseorang yg mempunyai visi tertentu dan merasa mampu utk memajukan masyarakat di daerahnya itu (mudah-mudahan demikian) tentu lebih dapat mewujudkan visinya itu apabila ia berperan sebagai bupati. itulah sebabnya ia mau dan berusaha utk memperoleh peran tersebut. 

2. Mengenai apa yg sudah diberikan,

Apabila kita telah mengetahui suatu latar belakang calon tertentu, track record, pengalaman, dan apa-apa yg sudah dilakukan utk masyarakat dan daerah, tentu kita lebih mudah utk memutuskan apakah calon tersebut memang layak dan pantas utk diamanahi dalam jabatan tertentu.

Namun, saya jg berpikiran bahwa seseorang itu tidaklah mutlak harus diketahui dulu apa yg sudah diberikannya baru kemudian ia berhak mencalonkan diri utk jabatan tertentu. sepanjang ia merasa mampu dan didasari niat yg benar serta maka sah-sah saja ia berusaha utk itu. dan barangkali dan semoga ketika ia berperan dalam posisi atau jabatan itulah ia dapat memberikan apa yg dapat ia berikan itu utk masyarakat atau daerahnya.

Bukankah masyarakat bisa melihat pada visi, misi, dan program yg ditawarkan oleh calon tersebut. apabila program-program itu menurut masyarakat cukup relevan, memadai, sesuai dengan apa yg dibutuhkan, dan mampu dilaksanakan tentu masyarakat akan memilih. semoga memang demikian. Meskipun ada juga yg beranggapan dalam masyarakat bahwa calon-calon tersebut hanya menawarkan mimpi-mimpi dan tak akan terwujud. tugas masyarakatlah utk turut berpartisipasi, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan pemerintahan daerah itu.

3. Mengenai modal yg dimiliki,

Modal itu tentu adalah visi, cita-cita, semangat, dan harapan yg dimiliki oleh calon tersebut, serta kemauan dan kemampuan dan dukungan utk menjalankannya. tanpa suatu cita-cita tertentu lalu apa yg akan disampaikannya kepada masyarakat, tanpa kemampuan tertentu lalu bagaimana ia akan melaksanakannya, dan tanpa dukungan tertentu lalu bagaimana ia bisa mengusahakannya sendiri.

Wallahu a'lam

Selasa, 07 Juli 2020

Mencintai Kopi



"Maaf yaa.. Aku bukan pecinta kopi." Begitu katamu ketika kuajak ngopi di kafe teduh di sudut kota yang biasa kita kunjungi..
Ya. Aku juga tak sedang merayumu untuk mencintai secangkir kopi itu.. namun jika dirimu mau memahaminya itu pun sudah memberi bahagia padanya.. sebahagia org yang meminumnya meskipun pahit namun tak sepahit derita kehidupan.. meskipun hitam tapi tak sekelam hati yg dirundung pilu..

Rabu, 01 Juli 2020

Dalam Jarak Rindu Tercipta



Tak apa menjaga jarak

Dalam jarak rindu tercipta 

Saat jarak menjadi pemisah

Itulah saat kita menanam rindu

Semakin lama waktu berjalan

Tunas rindu pun bertumbuh

Akar kasih sayang menghunjam tanah

Bercabang kepercayaan dan berdaun asmara

Beri ia pupuk perhatian

Jaga ia dari hama-hama jahat

Biarkan rindu semakin membesar

Serahkan seluruh ruang hati

Untuk rindu ini yang semakin membesar

Hingga akhirnya nanti

Kita bertemu menuai pertemuan cinta

Menikmati buah-buah kebahagiaan


Panyabungan, 30 Juni 2020




Senin, 15 Juni 2020

Ikan Cucut di Kayu Laut


Keta dik e manjalai ikan cucut..

Manjalaina sampe tu kayulaut..

Ulang be adik dabo buncut..

Bope baut tai nida les imut..

 

Pala kehe tu kayulaut..

Mangan ita dot ingkayu nairepus..

Ulang ho adik be buncut..

Takok usibit jolo upulos marpelus..

 

Aso aso dapot di kayulaut..

Ima ibaen jadi pangaronca..

Aso pe antong ho angkon nabuncut..

Na so do iba ison mambaca baca..

 

Nga uboto sayurmatinggi..

Tu sidimpuan ido boluson..

Nga mangua be anggi i..

Buncut maho abiskon sabornginon..

 

Bope anggi naso marbaut..

Padati i totop do marroda..

Bope songon ikan cucut..

Les totop doho imut uida..

 

(Panyabungan, 14/06/20 22.29)

Selasa, 09 Juni 2020

Mau jadi Apa?


Nanti sepuluh tahun lagi, Aku jadi apa ya?” Begitu pertanyaanmu malam itu..

Tak ada yang tahu kita seperti apa kedepannya.. Aku juga tak punya kemampuan meramal.. Aku hanya ingat beberapa ajaran yang pernah kubaca atau kudengar:

Menurut  keyakinan  Tao : biarkan hidupmu mengalir. Hidup ini seperti aliran air atau sungai. Ikuti saja arusnya kemana membawamu pergi.

Menurut  keyakinan Buddha : hiduplah sepenuhnya di momen detik ini. Tak perlu khawatir dgn momen lalu dan momen akan datang.

Menurut keyakinan Barat : aktualisasikan dirimu sebagaimana yg kau inginkan. Dream it. Kejar. Raih.

Menurut keyakinan Timur : engkau hanya bagian kecil dr alam semesta. Pelajari peranmu sebegai apa. Penuhi peranmu sebagaimana seharusnya.

Menurut Darma/Karma/Reinkarnasi : kikis terus, hapus terus, sampai habis karmamu di kehidupan sebelumnya. Agar semakin sempurna dan suci dirimu di kehidupan lebih lanjut. Kehidupan sekarang adalah saat ujiannya, jadi hari demi hari haruslebih baik dr hari sebelumnya.

Menurut para Sufi : naiklah terus, tahap demi tahap, maqom demi maqom, stingkat lebih tinggi dari sebelumnya sampai makrifat mengenal siapa kamu dan siapa Tuhanmu.

Jadi.. 10 tahun lg jd apa? Kamu hanya harus memenuhi peranmu yg seharusnya dgn lebih baik.

Jd pribadi yg baik. Profesional yg hebat. Insan yg meraih mimpinya. Sesuai apa yang bisa diraih dalam rentang waktu itu.

(Panyabungan, 08/06/20 20.33)

Seperti Berdiri di atas Bola


Aku merasa seperti berdiri di atas bola bulat yang mengapung di atas air danau. Sungguh repot dan sukar berjuang berdiri tegak dan diam di batas bola pijakan itu. Bolanya terus bergoyang nakal. Dan aku harus merentangkan tangan ke kanan.. ke kiri.. tegak.. menunduk.. jongkok.. ntah ngapain lagi biar tetap seimbang. Kadang pengen berdiri tegak. Kadang malah pengen jongkok. Kadang bola itu diam baik baik. Tapi air danau itu beriak. Kadang bola bagus. Air tenang. Tapi angin tiba-tiba saja muncul angin kencang. Kadang semua baik baik saja tapi aku gatal dan pengen garuk-garuk di suatu tempat eh jadi goyang lagi..

(Panyabungan, 08/06/20 23.46)

Sabtu, 06 Juni 2020

Ketika Hati Dilanda Gerimis

"Bagaimanakah perasaanmu kelak jika aku menikah? Akankah kau datang menghadiri undangan pernikahanku?" Begitu pertanyaanmu di akhir obrolan kita kemarin malam.

"Ya. Aku akan datang." Jawabku singkat dan yakin. Tapi sungguh aku tak kan bisa membohongi perasaan.


Aku tak kan sekadar duduk manis.

Melihatmu disana duduk di pelaminan.

Walau hati dilanda gerimis.

Doaku untukmu bahagia perkawinan.

Dikau tinggalkan sudah masa gadis.

Hidup sejahtera bahagia tujuan.



"Hah?" Mestikah dijawab dengan puisi?" Katamu.


"Ya. kita bercengkrama dengan berpuisi." Jawabku.

"Aku tak bisa berpuisi. Paling Hanya sekedar coret-coret saja. Aku cuma bisa mengkhayal." Katamu lagi.

"Ya. Aku jg membuatnya dengan berkhayal kok. Maka sudikah engkau membantu aku dengan dirimu menjadi khayalanku..? Mungkin itulah yang membuat semua kata kata muncul bertaburan tanpa ku tahu darimana datangnya." Begitu kataku. Dan kau merespon dengan kaget.

"Astaga. Kenapa berkhayal tentang aku? Kan aku nyata ada di depanmu?"

"Ya. Karena muatan air haru yang dikandung awan jiwa sudah tak tertampung lagi. Maka berjatuhanlah ia menjadi gerimis di hati yang gersang." Jawabku.


Karena kutahu..

Pabila dikau nyata di depanku..

Kuhanya bisa diam terpaku..

Namun jika dikau di alam khayalku..

Alam pikir dan lisanku serasa menjadi buku..



(Panyabungan 4 Juni 2020)

Kamis, 04 Juni 2020

Gubuk di tengah Gerimis


“Yaahh hujan ya..!” Kataku begitu merasakan gerimis mulai melanda di sore kemarin itu..

“Disini ngga bang..” Jawabmu.. mengherankan aku.

“Lho.. tapi deras ini lho. Emang kamu dimana?” tanyaku lagi penuh penasaran. Kok bisa ga ada hujan disitu pikirku.

“Di hati abang kan..?” Jawabmu lagi dengan lembut.

Duhh, aku jadi kelepek-klepek mendengarnya. Tapi aku lagi kehujanan ini. Aku khawatir hatiku juga turut  kehujanan (halah). Bagaimana kamu bisa ada disitu klo disitu juga hujan (heuheu).

Ah, biar kupersilakan saja “Hehe tentu saja.. Bisakah dikau berteduh disitu.. Di hatiku yang dilanda gerimis.. Bersabarlah.. Mungkin  sebentar lagi akan reda.. Maaf hanya ada gubuk lama yang sedikit reot dan goyah tempat untukmu berteduh disitu.. Moga hujan segera berhenti.”

“No problem. Everything will be better.” Jawabmu. Ucapan yang segera meredakan hujan dan menumbuhkan bunga-bunga indah semerbak di taman hatiku..

(Panyabungan, 03/06/20 17.36)

Momen


“Bagaimana kamu bersikap terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya? Apa yang kamu pikirkan sekarang?" Tanyamu padaku siang yang terik ini sambil menikmati jus segar di kantin

Ya, terkadang peristiwa pahit yang dialami memang membuat kita merasa berat dan ragu-ragu untuk melangkah. Rasanya hidup ini tidak adil, terlalu banyak peristiwa mengecewakan yang datang silih berganti.

"Aku coba lepaskan semua beban, hati, dan pikiran agar menjadi ringan untuk menikmati setiap jengkal kehidupan. Aku puas menjalani hidup dan menerima kondisi apapun yang terjadi." Jawabku.

“Kamu selalu menghargai setiap momen ya?” Tanyamu lagi..

"Ya. Kucoba bersyukur dengan apapun yang menimpa kita selama ini, menikmati setiap momen dengan ketulusan ini." Jawabku lagi sambil teringat dengan konsep momen.

Ada satu cara pandang terhadap momen yang menarik dalam salah satu ajaran. Lihatlah tiap detik hidupmu sebagai momen momen katanya. Hidup itu adalah momen-momen. Setiap momen berdiri sendiri. Momen detik ini adalah sekarang ini. Bukan momen yang telah berlalu. Bukan momen yg akan datang. Kita diciptakan untuk mengisi tiap momen dengan sepenuhnya. Tanpa harus terikat momen lalu dan terbebani momen akan datang. Hiduplah di momen yang sedang kamu jalani. Momen lalu biar berlalu. Momen akan datang bila tiba masanya.

(Panyabungan, 03/06/20 12.08)

Rabu, 03 Juni 2020

Ulang Dokon Sisa-Sisa

Ulok anggi marbisa..

Namonjap di rawa rawa..

Ulang dok anggi sisa sisa..

Na ondope torbit baya di roa..

 

Pala kehe amu tu poken donok..

Tabusi abit baen parompa..

Ulang paingot be au naonok..

Arana i madung do au lupa..

 

Mardalan anggi motor tu rao..

Naipalaluna tu pakan baru..

Mardalan ma au tujolo..

Manjalai hangoluan nabaru..

 

(Panyabungan, 27/05/20 12.15)

Sebait Puisi Menunggu Kantuk

"Kenapa berpuisi lagi? Tidurlah. Istirahat." Begitu komentarmu melihat postinganku malam tadi.

"Iya. Ga pa2. Sebentar lagi ku akan tidur." kubalas pesanmu singkat sembari pikiranku terus berputar, mengkhayal, bergoncang ingin membuncahkan isinya.

Kutulis sebait puisi untuk menunggu kantuk..

Menguras kata kata keluar dari bak pikiranku yg sudah melimpah menggenangi akal..

Mengosongkan pikiran barangkali meringankan beban akal..

Agar ku terlelap dengan isi pikiran yang baru..

Bak pikiran akan kuisi dengan tetesan air akal yang segar..

bagai telaga berisi mimpi dan angan masa depan yang lebih baik..


(Panyabungan, 02/06/20 00.12)