Pengembangan kompetensi dan produktivitas SDM tak pelak merupakan salah satu elemen kunci untuk memastikan bahwa roda bisnis terus berjalan, menembus masa depan. Itulah kenapa hampir semua perusahaan mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk memberikan program pelatihan dan pengembangan bagi para karyawannya.
Namun acapkali, program learning and
development yang menelan dana hingga miliran rupiah per tahun itu tak
kunjung mampu memberikan impak yang optimal. Sebabnya sederhana, dan klasik :
hampir semua kegiatan dan program training tak pernah memberikan perhatian yang
konsisten untuk melakukan follow up pasca kegiatan training (post training
monitoring).
Akibatnya : peserta training hanya
mengenang gegap gempita kegiatan pelatihan dalam hitungan minggu (atau bahkan
hari). Setelah tiga atau empat bulan, semuanya redup ditelan angin (gone with
the wind). Dan apakah kegiatan training itu kemudian memberikan dampak positif
bagi kinerja bisnis, ah coba tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Doh.
Itulah kenapa kini saatnya untuk mulai
secara serius memberikan perhatian kepada continous learning process, dimana
setiap kegiatan training disertai dengan skema monitoring yang jelas dan
konsiten. Disini mau didedahkan dua prinsip penting yang layak diingat kalau
kita memang ingin melakukan post training activities yang kredibel.
Prinsip yang pertama : kegiatan training
sejatinya hanyalah sebauah awal, bukan akhir dari sebuah proses pembelajaran.
Kegiatan training – betapapun bagus isi dan speakernya – tak akan pernah mampu
mengubah perilaku dan kompetensi, tanpa disertai dengan follow up yang
sistematis dan konsisten.
Disini para pengelola SDM semestinya telah
merancang skema monitoring yang jelas bahkan sejak sebelum kegiatan training
dimulai. Skema monitoring ini menguraikan action plan yang lengkap dan detil
mengenai bagaimana mengaplikasikan materi training yang telah diterima.
Misalkan didalamnya diuraikan tentang
cara, skedul dan frekuensi penerapan materi training.
Sebagai misal, post training action plan
untuk topik pelatihan mengenai leadership skills akan berisikan rencana (skedul
dan frekuensi) untuk memberikan coaching kepada anak buah, atau tentang rencana
untuk melakukan sesi motivasi dan penetapan goal setting kepada setiap anak
buah. Atau juga bisa berupa rencana pendelegasian tugas kepada asistennya.
Semua item action plan itu kemudian secara
konsisten dipantau penerapannya; setidaknya dalam periode 6 sampai 12 bulan ke
depan, dan dilakukan minimal sebulan sekali dalam sesi khusus monitoring.
Siapa yang melakukan sesi follow up
training ini? Ya sang fasilitator training yang dulu memberikan training;
dibantu dengan tim dari departemen SDM.
Dalam sesi monitoring pasca training yang
dilakukan secara reguler itulah, di-diskusikan progres penerapan action plan :
apa saja yang telah dilakukan, bagaimana hasilnya, dan apa yang harus lebih
disempurnakan? Dalam sesi-sesi inilah, juga dilibatkan atasan dan anak buah
peserta.
Dari mereka akan dapat diperoleh feedback
apakah leadership skills sang peserta sudah meningkat dan lebih baik dibanding
sebelum training.
Pelaksanaan sesi monitoring dan follow up
semacam diatas memang butuh energi dan skills yang memadai. Dan inilah sialnya
: banyak pengelola SDM di negeri ini yang gagal melakukan proses tersebut
secara kredibel.
Prinsip kedua yang juga penting adalah ini
: akan lebih baik lagi jika proses follow up training yang sistematis seperti
diatas disertai dengan pengukuran dampaknya terhadap kinerja bisnis.
Dan persis melalui skema monitoring yang reguler
itulah, maka impak training bisa diukur dengan lebih akurat. Misal : setelah
training leadership skills, apakah indeks kepuasan pegawai menjadi lebih baik?
Asumsinya, jika leadership skills
meningkat, maka proses pembinaan anak buah menjadi kian baik, dan ujungnya
makin meningkatkan level kepuasan para pegawai.
Sekali lagi, pesan kuat yang mau
dibentangkan disini adalah : kegiatan training tak akan pernah menjelma menjadi
proses keunggulan TANPA disertai dengan follow up monitoring yang konsisten dan
kredibel.
Sudah saatnya bagi para pengelola SDM
untuk benar-benar dengan tekun menyiapkan metodologi, sumber daya dan energi
guna membangun sistem follow up training yang terpadu dan berkelanjutan.
Sebab hanya dengan itulah, learning
activity akan benar-benar mampu menjadi driver bagi tumbuhnya kinerja bisnis
yang kinclong nan berkibar-kibar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar