Penemuan
7 buah prasasti Yupa dari Kutai di pinggir sungai Mahakam pada abad ke 4 Masehi
dipandang sebagai tonggak penting dalam penulisan sejarah Indonesia (Indonesia
kini). Hal ini dikarenakan untuk pertama kalinya sebuah wilayah di Indonesia
terekam dalam sebuah sumber sejarah tertulis berupa prasasti. Meskipun tidak
menyebutkan angka tahun namun berdasarkan perbandingan huruf yang dipakai
(dalam hal ini pallawa) maka dapat ditentukan secara relatif usia prasasti
tersebut, yaitu berkisar pada akhir abad ke IV M.
Penemuan
ini sekaligus sebagai bukti bahwa pengaruh Hindu telah masuk ke Indonesia
berdasarkan beberapa bukti terkait, yaitu terdapat beberapa nama raja yang
menggunakan gelar berbau India bukan lagi nama lokal, penyebutan Dewa Ańsuman
yang dikenal dalam agama Hindu. Selain itu diberitakan pula adanya upacara
dengan menyebut tempat bernama Waprakeśwara yang dapat diidentikan sebagai
tempat pemujaan terhadap Trimurti (Soemadio, 1994). Pengenalan beberapa unsur
Hindu ini kemudian menjadi sebuah informasi penting bahwa agama dan kebudayaan
Hindu sudah dikenal oleh masyarakat pada kisaran awal abad masehi.
Bagaimana
dengan agama Buddha?, Selama ini para ahli berkeyakinan bahwa agama Buddha
pertama kali dikenal di Indonesia berdasarkan informasi dari prasasti Talang
Tuo (684 M) yang dikeluarkan oleh Dapunta Hyaŋ Śrī Jayanāsa. Prasasti ini
berisi pembuatan kebun Śrīksetra untuk kebaikan semua mahluk, dari doa-doa yang
dituliskan dalam teks dikenali sebagai pujian dalam agama Buddha (Soemadio,
1994:56). Penemuan prasasti dari masa awal kerajaan Śrīwijaya ini dapat
dipandang bahwa agama Buddha telah mulai berkembang di Indonesia. Selain itu,
penemuan gugusan percandian di utara Karawang Jawa Barat telah memberikan arti
penting mengenai penyebaran agama Buddha di Jawa yang dikenal sebagai situs
percandian Batujaya. Gugusan bangunan kuil dan kemungkinan pula biara Budhis
telah menambah suatu upaya baru penafsiran terhadap perkembangan agama Buddha.
Gugusan percandian yang sejaman dengan keberadaan kerajaan Tārumanāgara ini
mungkin dapat menjadi landasan pemikiran bahwa agama Buddha juga telah
berkembang pada masa-masa awal abad masehi hampir bersamaan dengan agama Hindu.
Perkembangan
selanjutnya memperlihatkan bahwa pengaruh Hindu-Buddha ini sangat dominan dan
kuat sehingga memunculkan pula sistem-sistem pemerintahan beserta bentuk
kehidupan yang bercorak Hindu-Buddha. Tinggalan arkeologis dari masa ini begitu
kayanya dan beberapa di antaranya dapat dikategorikan sebagai masterpiece karya
manusia di dunia. Lombard (2000) mengatakan bahwa tanah di Indonesia terutama
di Jawa mengandung dan masih akan terus mengeluarkan bukti-bukti warisan masa
lampau yang menakjubkan. Berbagai situs percandian dan benda-benda lain terus bermunculan
baik yang terdata maupun tidak, bisa jadi beberapa diantaranya masih terkubur
utuh di dalam tanah selain mungkin sebagian lainnya rusak akibat bencana alam
dan perusakan oleh manusia.
Di
akhir masa ini terlihat bahwa berkembangnya perdagangan membawa pula pengaruh
interaksi dengan pedagang asing yang juga membawa konsep dan keyakinan baru.
Runtuhnya Śrīwijaya dan Majapahit memperlihatkan runtuhnya dominasi
Hindu-Buddha dan memungkinkan munculnya kekuatan baru, dalam hal ini Islam naik
ke panggung sejarah Indonesia. Masa transisi dan juga kemudian jauh sesudahnya
ternyata tidak begitu saja menghilangkan pengaruh Hindu-Buddha dalam kebudayaan
dan sistem kehidupan masa yang baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar