Jumat, 03 Juli 2015

Bergembira Menyambut Ramadhan


Sudah selayaknya kita merasa gembira dan senang dengan kehadiran bulan ramadhan. Karena inilah kesempatan terbesar bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Dzat yang menciptakan kita. Setelah setahun kita disibukkan dengan berbagai macam aktivitas memakmurkan dunia, saatnya di bulan ini kita memakmurkan akhirat.  Nabi Muhammad SAW telah menjanjikan, bahwa selama satu bulan ramadhan ini, di setiap malam, Allah membebaskan beberapa hamba-Nya yang Dia pilih, dari neraka. Dalam hadis shahih riwayat Turmudzi, Nabi SAW menyatakan,
“Dan ketika Ramadhan, Allah membebaskan beberapa orang dari neraka, dan itu terjadi setiap malam.”
Kita tentu sangat berharap, bahwa kita semua termasuk orang yang dijanjikan bebas dari neraka itu. Mari kita menyambut ramadhan dengan bersama-sama bersiap untuk menjadi Muslim yang lebih baik.
Sesungguhnya puasa adalah cara untuk menahan diri dari nafsu jasmani dan memutuskan hasrat-hasrat duniawi yang muncul dari pengaruh bisikan-bisikan syetan yang ditempatkan pada diri manusia.
Untuk menyikapi bisikan syetan itulah, Allah mengaruniakan hati kepada manusia. Hati adalah termasuk bala bantuan dari Allah, tetapi penganugrahan hati tersebut bisa saja malah bergabung dengan barisan syetan yang nantinya hanya akan membawa manusia menuju ke jurang kenistaan dan kehancuran.
Untuk menaklukan badan kepada jiwa, adalah perlu adanya cara yaitu dengan jalan melemahkan kekuatan badan demi meningkatkan kekuatan jiwa, dan hal itu telah dibuktikan dari berbagai penelitian para ahli. Hasilnya bahwa tiada sesuatu yang semanjur ini seperti lapar dan haus, pembuangan kemauan-kemauan hawa nafsu dan mengontrol lidah, hati (fikiran) dan anggota-anggota lain, selain dengan jalan berpuasa. Oleh karena itu, puasa memiliki fungsi untuk menghidupkan jiwa atau hati.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam karyanya Sirr al-Asrar menyatakan bahwa bila seseorang berpuasa hendaknya mampu mengharmonikan kondisi lahir dan batinnya, seperti perutnya yang dikosongkan dari makan dan minum. Jadi, harus ada keseimbangan antara puasa dari sisi syariat, dan puasa dari sisi ruhani.
Terkait dengan pendapat itu, Ghulam Mu’inuddin mengatakan, Puasa yang paling baik yaitu puasa dalam dimensi pikiran. Dengan kata lain, ketika puasa tidak memikirkan apapun kecuali Allah. Puasa yang dikerjakan juga meliputi pengendalian penglihatan dari segala pandangan yang mengarah pada kejelekan dan menjauhkan diri dari percakapan yang tidak bermanfaat seperti, berkata dusta, mefitnah, bicara tidak senonoh dan tindakan-tindakan yang berpura-pura. Singkatnya, orang-orang yang berpuasa seperti itu harus berupaya untuk berdiam diri, dan apabila mereka berkata-kata harus yang baik-baik sehingga jalan untuk mengingat kepada Allah semata akan lebih mudah.
Bagi kita kebanyakan, tentu masih sulit melakukan puasa semacam ini. Hanya orang-orang tertentu yang telah mempunyai nilai ketakwaan kuat dalam hati dan tingkah laku di mana dalam fikirannya yang ada hanya Allah semata tidak ada yang lain. Tetapi yang demikian itu puasa yang dimaksud oleh ajaran agama. Karena dengan jalan berpuasa yang demikian seseorang akan mampu merasakan dengan sebenar-benarnya manfaat dari pelaksanaan puasa.
Mari senantiasa berdoa dan memohon taufiq dan petunjuk kepada Allah, agar kita dimudahkan untuk banyak beribadah di bulan ramadhan ini. Karena tidak mungkin kita bisa beribadah dengan baik, kecuali atas petunjuk dan taufiq dari Allah...
“Ya Allah, mudahkanlah kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah sebaik mungkin kepada-Mu. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shahbihii ajma’in. Walhamdulillahi rabbil ‘aalamiin.”

Tidak ada komentar: