https://www.123rf.com/ |
Our most important asset is our great people, begitu satu kalimat yang acap kita lihat di laporan
tahunan sejumlah besar perusahaan. Sebuah kalimat yang mungkin sering jadi
tergelincir menjadi klise, sebab spirit dibalik kalimat itu lebih kerap tak
dijalankan. Dengan kata lain, kalimat itu lebih sering menjadi slogan belaka,
yang tidak disertai dengan komitmen pengembangan sumber daya manusia yang kuat.
Pada sisi lain, kalimat mutiara itu juga merupakan tantangan bagi para
pengelola SDM di setiap perusahaan, atau yang acap dikelompokkan dalam sebuah
departemen SDM.
Pada kenyataannya, kini makin kencang suara yang mempertanyakan
kredibilitas para pengelola SDM dalam mengembangkan mutu para karyawan dan
membawa laju perusahaan kedalam bahtera kejayaan.
Di sebagian perusahaan, departemen SDM sering masih diidentikkan
dengan persoalan administrasi personalia belaka, dan hanya punya peran yang
marginal dalam pengendalian arah strategis masa depan perusahaan.
Para pengelola SDM dianggap tidak memahami bahasa bisnis, dan karenanya
kurang dianggap sebagai mitra sejajar bagi divisi atau departemen lainnya dalam
menggerakan arah perusahaan.
Harus diakui, kenyataan diatas merupakan realitas yang banyak terjadi di
perusahaan di republik ini. Untuk membalikkan situasi semacam ini, setidaknya
terdapat dua langkah kunci pembenahan dalam diri internal para pengelola departemen
SDM yang perlu segera diusung dan dilakonkan.
Langkah yang pertama adalah ini : bahwa setiap pengelola SDM disetiap
perusahaan mesti memahami dinamika industri dan bisnis dimana perusahaannya
berada. Mereka mesti setidaknya mengetahui posisi perusahaannya dalam peta
persaingan pasar, mesti memahami dinamika pertumbuhan industri dimana
perusahaanya berkiprah, dan juga mampu membaca arah perkembangan bisnis masa
mendatang.
Dalam kenyatannya, banyak para karyawan di departemen SDM yang gagap ketika
ditanya mengenai pertumbuhan bisnis perusahaannya, atau juga tentang
konfigurasi persaingan bisnis masa depan. Bahkan mungkin banyak diantara mereka
yang tidak tahu total sales dan market share produk-produk
perusahaannya. Tentu saja, ini sebuah ironi.
Sebab, bagaimana mungkin para pengelola SDM itu akan mampu mencetak future
leaders jika arah perkembangan bisnis di industrinya saja tidak paham? Atau,
jika mereka tidak memahami tantangan yang dibutuhkan untuk keberhasilan
bisnisnya dimasa mendatang?
Langkah berikutnya tentu saja adalah membekali diri dengan pemahaman
yang solid mengenai berbagai konsep dan praktek pengelolaan SDM yang benar.
Para pengelola departemen SDM mesti mampu merumuskan dan
merealisasikan strategi pengembangan SDM yang integratif dengan kebutuhan
bisnis perusahaannya.
Dalam hal ini, mereka mestinya juga dapat memahami dan mampu
mengaplikasikan beragam metode pengembangan SDM dengan tepat sasaran. Sebab
rasanya ganjil jika kita memiliki niatan untuk mendidik orang lain, namun ilmu
dan metode yang kita kuasai ternyata tidak kuat. Ini ibarat mau menjadi seorang
guru, namun dengan bekal ilmu yang kosong.
Jika ini yang terjadi, maka sang murid tidak akan bertambah pandai namun
mungkin sebaliknya, sang murid itu justru kian bertambah pandir. Tanpa dibekali
dengan ilmu manajemen SDM yang kokoh, bagaimana mungkin para pengelola SDM itu
akan mampu memintarkan para karyawan perusahaannya?
Dua langkah kunci diataslah yang akan mampu membuat peran para pengelola
departemen SDM menjadi lebih strategis dalam mengarahkan masa depan perusahaan.
Dengan itu pula, para pengelola SDM akan benar-benar mampu mewujudkan kata-kata
“our most important asset is our great people” menjadi sebuah kenyataan
yang indah.
Sebaliknya tanpa proses transformasi diatas, peran para pengelola SDM akan
makin terpinggirkan, dan fenomena the death of HR people bisa
menjadi sebuah kenyataan pahit yang terpaksa mesti ditelan.