Minggu, 21 Januari 2018

Tahapan Program Pendidikan dan Pelatihan di RSU Permata Madina Panyabungan

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan oleh Unit Personalia dan Diklat sepanjang tahun adalah penyusunan dan pelaksanaan program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan RSU Permata Madina Panyabungan. Tahapan penyusunan dan pelaksanaan program pelatihan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

a.            Identifikasi Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis)

Tahapan identifikasi kebutuhan untuk perencanaan program pelatihan merupakan tahapan paling awal yang dianggap paling penting karena menjadi penentu isi dari pelatihan. Dalam proses ini, perencanaan program pendidikan dan pelatihan (diklat) karyawan RSU Permata Madina Panyabungan menuju rumah sakit dengan fasilitas dan pelayanan terbaik dilakukan dengan beberapa cara.

Penilaian kebutuhan (need assessment) pelatihan merupakan langkah yang paling penting dalam pengembangan program pelatihan. Langkah penilaian kebutuhan ini merupakan landasan yang sangat menentukan pada langkah-langkah berikutnya. Dalam penilaian kebutuhan dapat digunakan tiga tingkat analisis yaitu analisis pada tingkat organisasi, analisis pada tingkat program atau operasi dan analisis pada tingkat individu. Sedangkan teknik penilaian kebutuhan dapat digunakan analisis kinerja, analisis kemampuan, analisis tugas maupun survey kebutuhan (need survey).

Informasi analisis kebutuhan yang dilakukan di tingkat organisasi didasarkan pada pertimbangan di tingkat manajemen yang kemudian diinstruksikan kepada Kepala Unit Personalia dan Diklat untuk ditampung dalam rencana program yang disusun. Sementara untuk analisis kebutuhan pelatihan di tingkat jabatan atau posisi, semua kebutuhan diklat terpusat pada Kepala Bagian/Bidang/Unit. Kabag/Kabid/Kanit melakukan observasi sendiri terhadap tugas-tugas yang dilakukan oleh staf pelaksana. Kebutuhan tersebut seperti mengajukan kegiatan diklat tahunan sehingga tidak berbeda pada program diklat karyawan menuju rumah sakit dengan pelayanan terbaik. Analisis kebutuhan yang terakhir adalah analisis kebutuhan pelatihan individu. Untuk kebutuhan individu, ada yang berupa pengembangan karir. Ada pula yang memang dilihat berdasarkan kebutuhan individu untuk menunjang pekerjaannya.

b.            Penetapan Tujuan Pelatihan

Menurut Cut Zurnali (2004), the goal of training is for employees to master knowledge, skills, and behaviors emphasized in training programs and to apply them to their day-to-day activities. Hal ini berarti bahwa tujuan pelatihan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan, keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program-program pelatihan dan untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari para karyawan. Pelatihan juga mempunyai pengaruh yang besar bagi pengembangan perusahaan.

Dalam tahap penetapan tujuan pendidikan dan pelatihan ini dilakukan oleh masing-masing unit maupun koordinator diklat, pada saat yang sama dengan  mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Penetapan tujuan pelatihan dapat dilakukan sekaligus karena ketika menemukan suatu kebutuhan maka tujuannya dapat langsung ditentukan dari kebutuhan tersebut.

Tujuan sangat penting karena berfungsi sebagai pemandu arah dari seluruh kegiatan diklat. Dalam hal ini ditetapkan tujuan diklat baik tujuan umum maupun tujuan khusus bagi setiap pelaksanaan diklat.

c.             Pemilihan dan Perancangan Program

Pemilihan dan perancangan program pendidikan dan pelatihan langsung dilaksanakan oleh Koordinator Diklat setelah menerima kebutuhan pelatihan melalui usul dari masing-masing unit. Setelah kebutuhan pelatihan sudah Koordinator Diklat rangkum dan kumpulkan, maka Koordinator Diklat akan memfasilitasi menyampaikan atau mengajukan usulan ke manajemen RS agar pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan segera dapat disetujui untuk dilaksanakan.

Mendesain atau merancang adalah faktor terpenting dalam membuat program diklat. Perencanaan diusahakan sebaik dan setepat mungkin agar menghasilkan program diklat yang optimal dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia rumah sakit.

Merancang program diklat memang seharusnya mengacu pada sebuah model untuk memberikan langkah-langkah sistematik dan spesifik untuk kegiatan pelatihannya. Sistematik berarti metode pengidentifikasian, pengembangan, dan evaluasi teratur, mengatur target strategi untuk mencapai tujuan proyek. Spesifik berarti setiap elemen dari rencana perancangan instruksional perlu dilaksanakan dengan memperhatikan rinciannya. Model-model pelatihan tersebut proses dan langkah-langkahnya disesuaikan dengan kompetensi yang ingin dicapai, masalah-masalah yang ingin dipecahkan, metode atau strategi yang ingin digunakan.

d.            Pengembangan Kriteria Evaluasi

Perancangan evaluasi dari program pelatihan dilakukan dengan melihat efek apa yang terjadi setelah dilaksanakan pelatihan-pelatihan yang telah diprogramkan ini. Salah satu bentuk konkrit evaluasi yang dilakukan pada program pelatihan ini adalah adanya transfer knowledge oleh peserta pelatihan kepada rekan sekerja.



Tidak ada komentar: