Pengertian Pelatihan
Sikula dalam Sumantri
(2000:2) mengartikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka
pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan
terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari
pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”.
Veithzal Rivai (2004: 226) menegaskan bahwa “pelatihan adalah proses
sistematis mengubah tingkah laku pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan membantu pegawai
untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar berhasil melaksanakan
pekerjaan”.
Dari
pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pelatihan dalam hal ini adalah proses pendidikan yang di dalamnya ada
proses pembelajaran dilaksanakan dalam jangka pendek, bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan
kompetensi individu untuk menghadapi tugasnya di dalam organisasi sehingga
tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian dapat simpulkan
bahwa “pelatihan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan kinerja saat
ini dan kinerja mendatang” (Veithzal Rifai: 2004: 226).
Dasar Pelatihan
Dalam penyelenggaraan
pelatihan, agar dapat bermanfaat bagi peserta dan dapat mencapai tujuan secara
optimal, hendaknya penyelenggaraannya mengikuti dasar-dasar umum pelatihan.
Menurut Dale Yoder dalam bukunya Personal Principles and
Policies, menyebutkan sembilan dasar yang berlaku umum dalam kegiatan
pelatihan yaitu (1) Individual differences; (2) relation to job
analysis; (3) motivation (4) active participation, (5) selection of trainees,
(6). Selection of trainers; (7) trainer’s of training (8) training method’s dan
(9) principles of learning (1962:235).
Ada lima persyaratan
minimal yang perlu diperhatikan pelatih dalam memilih metode pelatihan, yaitu:
sesuai dengan keadaan dan jumlah sasaran; cukup dalam jumlah dan mutu materi;
tepat menuju tujuan pada waktunya; amanat hendaknya mudah diterima, dipahami dan
diterapkan; dan biaya ringan (Depdikbud, 1983: 97). Dalam pemilihan metode juga
dapat mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut: tujuan instruksional
khusus yang hendak- dicapai dalam proses penyampaian pesan atau
bahan belajar, keadaan warga belajar yang akan menerima pesan,
karakteristik metode yang akan digunakan dan sumber atau fasilitas yang
tersedia untuk menunjang penggunaan metode tertentu yang hendak kita pilih
(Direktorat Dikmas, 1985 : 18).
Pelatihan yang berhasil
adalah pelatihan yang menerapkan dasar-dasar pelatihan di atas dalam formulasi
pelatihan yang akan diberikan pada peserta pelatihan.
Penilaian kebutuhan (need assessment) pelatihan merupakan langkah yang paling penting dalam pengembangan program pelatihan. Langkah penilaian kebutuhan ini merupakan landasan yang sangat menentukan pada langkah-langkah berikutnya. Dalam penilaian kebutuhan dapat digunakan tiga tingkat analisis yaitu analisis pada tingkat organisasi, analisis pada tingkat program atau operasi dan analisis pada tingkat individu. Sedangkan teknik penilaian kebutuhan dapat digunakan analisis kinerja, analisis kemampuan, analisis tugas maupun survey kebutuhan (need survey).
Manajemen pelatihan
memiliki dimensi tentang bagaimana hal pengelolaan pelatihan. Pengelolaan ini
dilakukan agar pelatihan bisa berjalan dengan baik dan berhasil secara efektif
dan efisien. Manajemen pelatihan secara konsep bisa diartikan “Proses perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengevaluasian terhadap kegiatan pelatihan
dengan memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan
secara efektif dan efisien”. Dalam konteks yang lain, manajemen pelatihan
atau pengelolaan pelatihan identik dengan manajemen proyek atau pada istilah
lain sama dengan mengelola proyek.
Proses manajemen
pelatihan dimulai dengan analisis, yaitu analisis kebutuhan (need
analysis) terhadap hal-hal yang akan menjadi objek pelatihan, kemudian
dilanjutkan dengan desain program pelatihan, yaitu langkah mendesain
program-program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dan
penerapan, yaitu proses pelaksanaan dan Penerapan program-program pelatihan.
Kemudian diakhiri dengan evaluasi yaitu tahap untuk memberikan penilaian
dan analisa pengembangan. Pada setiap tahapan tersebut akan ada proses umpan
balik, yang bertujuan untuk mengontrol efektivitas pelaksanaan dan proses
pelatihan.
Perencanaan pelatihan
pada hakekatnya adalah proses menyusun rancangan program pelatihan, yaitu
proses menyiapkan berbagai hal mengenai persiapan pelatihan. Secara umum
menurut Faustino Cardoso Gomes (2000:204), ada tiga tahapan atau fase pada
pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap
evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase
pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Sebagaimana dikemukakan
oleh Simamora (1997: 360), delapan langkah-kangkah umum dalam pelatihan,
yaitu:
(1) Tahap penilaian kebutuhan dan sumber daya untuk pelatihan;
(2) Mengidentifikasi sasaran-sasaran pelatihan;
(3) Menyusun kriteria;
(4) Pre tes terhadap para peserta
(5) Memilih teknik pelatihan dan prinsip-prinsip proses belajar;
(6) Melaksanakan pelatihan;
(7) Memantau pelatihan;
(8) Membandingkan hasil pelatihan terhadap kriteria yang telah
ditentukan.
Isi program (program content) merupakan
perwujudan dari hasil penilaian kebutuhan dan materi atau bahan guna mencapai
tujuan pelatihan. Isi program ini berisi keahlian (keterampilan), pengetahuan
dan sikap yang merupakan pengalaman belajar pada pelatihan yang diharapkan
dapat menciptakan perubahan tingkah laku. Pengalaman belajar dan atau materi
pada pelatihan harus relevan dengan kebutuhan peserta maupun lembaga tempat
kerja.
Prinsip-prinsip belajar (learning principles) yang efektif
adalah yang memiliki kesesuaian antara metode dengan gaya belajar peserta
pelatihan dan tipe-tipe pekerjaan, yang membutuhkan. Pada dasarnya prinsip
belajar yang layak dipertimbangkan untuk diterapkan berkisar lima hal yaitu
partisipasi, reputasi, relevansi, pengalihan, dan umpan balik (Sondang P.
Siagian, 1994 :190).
Pelaksanaan program (actual
program) pelatihan pada prinsipnya sangat situasional sifatnya. Artinya
dengan penekanan pada perhitungan kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan,
penggunaan prinsip-prinsip belajar dapat berbeda intensitasnya, sehingga
tercermin pada penggunaan pendekatan, metode dan teknik tertentu dalam
pelaksanaan proses pelatihan.
Dan langkah terakhir
dari pengembangan program pelatihan adalah evaluasi (evaluation) pelatihan.
Pelaksanaan program pelatihan dikatakan berhasil apabila dalam diri peserta
pelatihan terjadi suatu proses transformasi pengalaman belajar pada bidang
pekerjaan dengan materi yang telah diterimanya. Sondang P. Siagian menegaskan
proses transformasi dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling
sedikit dua hal, yaitu: peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan
perubahan perilaku yang tercermin pada sikap, serta disiplin dan etos
kerja (1994: 202).