Senin, 07 Oktober 2019

Diklat Internal Early Warning System (EWS) dan Simulasi Code Blue Tahun 2019

Pelayanan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada pasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang mengancam kehidupan terjadinya secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Asuhan keperawatan dan medis gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat darurat. Asuhan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak. (Dep.Kes RI, 2005). Proses asuhan gawat darurat berbeda dengan asuhan keperawatan, asuhan medis  yang ada di ruangan lain, karena ketika perawat melakukan pengkajian faktor waktu dan informasi terbatas, Prioritasnya adalah mengkaji dan mengatasi masalah yang mengancam kehidupan. Intervensi yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada , Sedangkan sifat evaluasi dalam menit, bukan jam atau hari.

Code blue adalah isyarat yang digunakan dalam rumah sakit yang menandakan adanya seorang pasien yang sedang mengalami henti jantung (Cardiac Arrest) atau mengalami situasi henti nafas (Respiratory Arrest) dan situasi darurat lainnya yang menyangkut dengan nyawa pasien. Sedangkan Tim code blue adalah kelompok tenaga medis yang ditujukan untuk menangani kejadian henti jantung atau henti nafas di area rumah sakit.

Early Warning Scoring System adalah sebuah sistem skoring fisiologis yang umumnya digunakan di unit medikal bedah sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Skoring EWSS disertai dengan algoritme tindakan berdasarkan hasil skoring dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Penerapan EWSS di gawat darurat karena terjadinya over crowding,sehingga memperpanjang waktu tunggu rawat di IGD, Monitoring yang dilakukan tidak optimal menyebabkan pasien mengalami perburukan dari katagori kuning menjadi merah. Early warning scores lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi. Sehingga diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik (Firmansyah, 2013). Sistem dalam early warning scoring dikenal dengan sistem “Melacak dan Memicu’. Pendeteksian dini untuk melacak atau  menemukan pasien yang mengalami perburukan kondisi dengan hasil analisa tanda-tanda vital dalam parameter fisiologis sesuai hasil scoring. Dan Memicu panggilan team medik reaksi cepat untuk memberikan intervensi secara cepat pada pasien dengan status kondisi yang memburuk. (NHS, Report 2012).

Berdasarkan hal tersebut di atas untuk menunjang pengetahuan staf klinis dan tim code blue RSU Permata Madina Panyabungan khususnya bagi staf yang belum mengetahui dan memahami tentang early warning system, dan juga sebagai pelaksanaan program kerja di tahun 2019 maka dari unit Personalia dan Diklat RSU Permata Madina Panyabungan melaksanakan kegiatan, yaitu “DIKLAT INTERNAL EARLY WARNING SYSTEM (EWS) DAN SIMULASI CODE BLUE RSU PERMATA MADINA PANYABUNGAN”

Adapun tujuan dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah:

·    Memahami tentang prinsip EWS, komponen EWS Code Blue

·    Memahami tentang parameter fisiologi EWS code blue

·    Memahami tentang pelaksanaan EWS Code Blue

Kegiatan Diklat Internal ini diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal         : Senin, 07 Oktober 2019

Waktu                    : Pukul 14:00 – 18.00 WIB

Tempat                   : Aula Saung RSU Permata Madina Panyabungan

Peserta kegiatan pelatihan ini adalah seluruh staf klinis dan tenaga medis RSU Permata Madina Panyabungan dan sebagai pemateri diisi oleh dr. Sofian Hasibuan, Sp.An.  








Sabtu, 05 Oktober 2019

Diklat Bantuan Hidup Lanjutan untuk Staf Klinis RSU Permata Madina Panyabungan Tahun

Dalam rangka mengimplementasikan program kerja diklat RSU Permata Madina Panyabungan tahun 2019, maka Unit Personalia dan Diklat RSU Permata Madina Panyabungan menyelenggarakan Diklat Bantuan Hidup Lanjutan (BHL) bagi staf klinis yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 05 Oktober 2019 pada Pukul 10:00 WIB sd. selesai bertempat di Aula Saung RSU Permata Madina. Adapun yang berperan sebagai Pemateri pada pelatihan ini adalah dr. Sofian Hasibuan, Sp.An. 

Bantuan Hidup Lanjutan (Advanced Life Support) adalah usaha yang dilakukan setelah melakukan bantuan Hidup dasar dengan memberikan obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien. Bantuan Hidup Dasar ini dilakukan pada korban henti jantung atau henti nafas. Bantuan Hidup Dasar mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan sirkulasi yang terdiri dari beberapa elemen yaitu penyelamatan pernafasan dan kompresi dada eksternal dan jika digabungkan maka dikenal dengan istilah Resusitasi Jantung Paru (RJP). 

Dalam standar nasional akreditasi Rumah Sakit Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar harus bisa dikuasai oleh seluruh staf rumah sakit baik yang terlibat langsung dengan asuhan pasien maupun tidak. Artinya, pengetahuan Bantuan Hidup Dasar sekarang ini sudah menjadi skiil yang harus dimiliki oleh setiap orang.

















Jumat, 04 Oktober 2019

Diklat Bantuan Hidup Dasar untuk Staf Non Klinis RSU Permata Madina Panyabungan Tahun

Dalam rangka mengimplementasikan program kerja diklat RSU Permata Madina Panyabungan tahun 2019, maka Unit Personalia dan Diklat RSU Permata Madina Panyabungan menyelenggarakan Diklat Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi staf non klinis yang dilaksanakan pada Hari Jumat, 04 Oktober 2019 pada Pukul 14:00 WIB sd. selesai bertempat di Aula Saung RSU Permata Madina. Adapun yang berperan sebagai Pemateri pada pelatihan ini adalah dr. Sofian Hasibuan, Sp.An.


















Kamis, 03 Oktober 2019

3 Cara Dahsyat untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kinerja SDM

https://hrdailyadvisor.blr.com/

Great companies are always built by great people. Kecemerlangan sebuah organisasi bisnis pada akhirnya memang dikibarkan oleh barisan SDM-nya yang bermutu unggul.

First who, then what. Begitu kata Jim Collins dalam buku terkenalnya, Good to Great. Untuk membangun bisnis yang legendaris, pertama-tama Anda harus memikirkan manusia-nya dulu (SDM). Baru kemudian berpikir “what” – strategi dan produknya.

Pertanyaannya : bagaimana cara mengukur dan meningkatkan kinerja diri Anda menuju kegemilangan? Kita akan lacak jawabannya di pagi yang cerah ini.

Saat ditanya peninggalan apa yang paling layak dikenang oleh dirinya, mendiang Steve Jobs (CEO yang dianggap paling inovatif dalam abad ini) berpikir sejenak. Apakah logo Apple yang legendaris itu? Apakah produk Macbook Air yang begitu memukau? Atau iPad dan iPhone yang merevolusi industri digital dunia?

Bukan, bukan itu semua, ia menjawab. Yang paling saya kenang adalah kemampun saya meng-hire dan mengumpulkan best people around the world yang membantu saya mewujudkan visi Apple.

Maka Jack Welch, mantan CEO paling hebat di General Elecetric pernah bilang : orang kedua paling penting di perusahaan kami setelah CEO adalah Chief of HR atau Direktur HRD (bukan direktur keuangan, pemasaran atau direktur produksi).

Jika elemen SDM atau people sedemikian menentukan kinerja dan masa depan bisnis, lalu cara apa yang layak dilakoni untuk membuat diri Anda menjadi SDM dan insan profesional yang unggul?

Ada tiga cara ampuh yang layak dicatat dalam proses perjalanan panjang membangun diri Anda untuk menjadi insan yang unggul.

People Driver # 1 : Create Strong Measurable Performance Indicators. You can not manage what you can not measure, begitu begawan manajemen Peter Drucker pernah menulis.

Kinerja Anda sebagai manajer atau pekerja profesional yang mencorong pada akhirnya memang diawali dengan penetapan serangkaian KPI (key performance indicators) yang solid, dan disertai dengan target yang terukur.

Sebab bagaimana mungkin Anda akan bisa melacak kinerja diri Anda sendiri jika ukurannya saja tidak punya. Bukankah ini seperti mau membeli nasi goreng tapi tidak tahu informasi harganya? Bukankah ini pertanda personal develeopment yang absurd?

Sayangnya, banyak pengelola SDM atau karyawan dan bahkan manajer di berbagai organisasi yang tidak tahu cara menyusun KPI yang benar. Banyak karyawan atau manajer sebuah departemen dalam perusaahaan yang mengalami kesulitan dalam menemukan KPI atau performance indicators yang terukur.

People Driver # 2 : Measure and Monitor and Improve. Setelah mampu merumuskan KPI dengan tepat (mungkin dengan bantuan contoh 300 KPI yang saya sebutkan diatas), maka step berikutnya adalah : ukur dan pantau pencapaian target KPI secara periodik (bulanan atau bahkan mingguan).
Salah satu sumber kegagalan penerapan manajemen kinerja berbasis KPI adalah ketiadaan mekanisme untuk melakukan pemantauan hasil KPI secara reguler.

Seharusnya, setiap manajer atau kepala departemen diwajibkan untuk menggunakan tabel KPI sebagai salah satu basis dalam monthly meeting yang mereka lakukan dengan tim-nya. Syukur, tabel KPI itu diukur dan dipantau melalui aplikasi performance management dashboard yang memudahkan proses pencatatan hasil kinerja.

Melalui proses review itu, kemudian dapat dilakukan continual improvement guna meningkatkan kinerja tim dan kinerja SDM organisasi secara berksenimbunga.
Measure. Monitor. Improve. Ini tiga elemen kunci yang akan membuat kinerja diri Anda bisa terus melesat. Dan bukan stagnan seperti jalan Sudirman pas pulang kerja :)

People Driver # 3 : Reward for Performance. Penetapan KPI sudah dilakukan. Pengukuran dan pemantauan hasil KPI juga sudah dilacak. Maka tahapan berikutnya adalah ini : memberikan reward yang cukup melimpah bagi mereka yang sudah achieve target KPI yang telah ditetapkan.
Sekali lagi kita perlu mengenang kalimat magis ini : if you pay peanuts, you will only get monkeys.

Jika kita menetapkan target KPI yang menantang, dan juga memberikan alokasi anggaran dan sumber daya untuk mencapainya; maka kita juga mesti memberikan bonus atau reward bagi mereka yang berhasil memenuhi target itu.

Sebab jika kita agak pelit memberikan reward, dan hanya kasih peanuts, maka barisan karyawan atau manajer bagus yang mampu achieve target KPI, akan pindah ke lain hati. Pindah ke perusahaan lain yang mampu memberikan more than just peanuts.

Jika penetapan KPI yang terukur sudah dilakukan, maka sebenarnya obyektivitas kinerja pegawai bisa dinilai dengan lebih optimal. Maka dengan proses ini, wajar jika bonus dan reward diberikan pada mereka yang mampu menembus target terukur yang telah ditetapkan.
Your numbers speak for themselves. Target angka KPI tercapai, maka bonus melimpah. Target KPI jeblok, zero bonus. Sesederhana itu.

Demikianlah, tiga cara ampuh untuk membuat kinerja Anda menjadi kian mencorong.

Driver 1 : Create Strong KPIs/
Driver 2 : Measure. Monitor. Improve.
Driver 3 : Show Me the Money, Boss !!