Selasa, 08 Oktober 2013

Cemeti Diri



Wahai diriku, Alangkah seringnya ketika nasehat-nasehat diperdengarkan kepadamu, seringkali muncul dalam dirimu suatu kesadaran spontan, namun beberapa waktu kemudian hatimu kembali mengeras dan membatu.

Wahai diriku, Imam ibnu Al Jauzy berkata, nasehat itu laksana cemeti, ketika seseorang habis dipukuli dengan cemeti itu, ia seringkali tak merasa sakit. Ketika mendengar nasehat, adakalanya Ia sedang berada dalam kondisi jiwa dan pikiran yang baik. Ia diam dan menghadirkan hatinya. Akan tetapi, tatkala kembali disibukkan dengan urusan dunia, penyakit lamanya kambuh kembali. 

Wahai diriku, milikilah kesadaran tinggi untuk bisa mengatasi hal itu. Milikilah tekad yang kuat untuk kokoh berpegang pada prinsip yang sudah engkau yakini, lalu berjalanlah tanpa menoleh-noleh lagi. 

Wahai diriku, janganlah engkau selalu terseret-seret oleh kelalaian akibat pengaruh tabiat dirimu, padahal nasehat-nasehat itu masih mempengaruhi dirimu untuk beramal. Tetapi janganlah pula laksana cabang pohon yang goyah diterpa hembusan angin. Ia tak terpengaruh apa-apa, hanya sekadar mendengar, laksana batu-batu yang diam.

Senin, 07 Oktober 2013

Membangkitkan Energi Melalui Catatan Harian, Mungkinkah?




Buku ini mengungkap hubungan antara energi diri dengan kegiatan menulis catatan harian (diary). Selama ini banyak orang yang beranggapan menulis catatan harian adalah pekerjaan iseng atau hanya sekedar pengisi waktu belaka. Ternyata setelah diperhatikan dan diteliti selama bertahun-tahun, catatan harian atau yang lebih dikenal dengan istilah diary memiliki fungsi dan manfaat selain sebagai potret perjalanan diri pribadi dan menjadi semacam jurnal yang merekam berbagai macam interaksi, aktifitas, rutinitas serta kesibukan-kesibukan lainnya juga berguna sebagai pengundang energi yang menuntun penulisnya mewujudkan impian dan meraih kesuksesan hidup.


Kamis, 03 Oktober 2013

Berlarilah!



Get out of the blocks, run your race, stay relaxed. If you run your race, you’ll win.
Channel your energy. Focus.
- Carol Lewis-

Wahai diriku, sadarkah engkau? engkau adalah pelari. Engkau adalah pelari yang berlari mulai dari awal hidupmu sampai akhir hidupmu. Garis finisnya adalah tujuan yang hendak engkau capai, kesuksesanmu. Engkau bukanlah pelari sembarangan. Engkau sedang berlari untuk lomba maraton, yaitu lomba lari yang akan berlangsung sepanjang hidupmu. Ini berarti engkau harus bertahan dalam waktu lama, yaitu sepanjang hidupmu itu. Keunikanmu sebagai pelari adalah engkau berlari untuk dirimu sendiri. Engkau berlari tidak untuk menang dari orang lain. Engkau berlari untuk kehidupan masa depanmu. Engkaulah yang menentukan kemenangan atau kekalahanmu sendiri.

Wahai diriku, tahukah engkau siapa pesertanya? Sesungguhnya, tidak ada peserta lain. Pesertanya hanya satu, yaitu engkau. Salah besar jika engkau menganggap bahwa engkau berkompetisi dengan orang lain dalam mencari kesuksesan.

Wahai diriku, tahukah engkau siapa penyelenggara lombanya? Tiada lain, tentu saja penyelenggaranya adalah orang yang memiliki keinginan untuk berhasil, yaitu engkau.

Wahai diriku, tahukah engkau bagaimana aturan lombanya? Engkaulah yang mengatur aturannya. Hal utamanya adalah engkau bisa sampai garis finis.

Wahai diriku, tahukah engkau dimana garis finisnya? Garis finis itu tidak ditentukan orang lain. Engkaulah yang menentukannya sendiri.

Wahai diriku, tahukah engkau Lalu apa hadiahnya? Wahai diriku, engkaulah yang menentukan sendiri. Engkau bisa memilih besar dan apa saja hadiahnya sesuka hatimu.

Wahai diriku, berlarilah!