Pada masa dahulu di Mandailing terdapat suatu bentuk
pemerintahan tradisional yang memiliki banyak fungsionaris. Masing-masing
fungsionaris itu menjalankan tugasnya untuk memelihara dan membina masyarakat
yang rukun, aman, tenteram, arif, bijaksana, dan sejahtera lahir dan batin.
Adapun fungsionaris-fungsionaris pemerintahan tradisional
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Raja Panusunan Bulung (kepala adat, kepala pemerintahan),
2. Imbang Raja (wakil Raja Panusunan Bulung),
3. Jombeng Raja (sepadan Mangkubumi kalau di Jawa),
4. Pangkalbiri (sekretaris),
5. Mutia Raja (bendahara),
6. Suhut Raja (juru bicara),
7. Martua Raja (panglima perang),
8. Orang Kaya Bayo-Bayo (penanggung jawab urusan generasi
muda),
9. Malim Maulana (datu pangubati, tabib),
10. Manjuang Kato (wartawan),
11. Tungkot Raja (ajudan raja),
12. Goruk-Goruk Hapinis (penjaga dan pemelihara ketertiban),
13. Imbang Lelo (penasihat),
14. Barita Raja (penyiasat, intelijen),
15. Tongku Imom (penanggung jawab urusan keagamaan),
16. Panto Raja (ahli sejarah, sastera, parturi),
17. Sialang Raja (jaksa),
18. Khotib Maraja (juru penerang),
19. Manyusun Dagang (pengawas, pembina penduduk pendatang)
20. Gading Raja (penanggung jawab urusan luar kampung)
21. Gading Na Poso (wakil gading raja),
22. Paima Raja (ketua delegasi, juru runding),
23. Mangkampi Raja (hakim ketua),
24. Kahanggi Ni Raja (pengawas kelompok masyarakat),
25. Satia Raja (golongan hulubalang).
Sumber: Greget Tuanku Rao, Basyral Hamidy Harahap (2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar