Senin, 27 Juli 2020

Selamatkan PLN atau Regulasi Listrik Nasional?



Bukan sekadar PLN yg perlu diselamatkan tapi regulasi listrik nasional. bagaimana misalnya jika dihapus monopoli PLN, biarkan swasta dan asing masuk agar tercipta persaingan yg sehat sehingga konsumen diuntungkan karena bisa memilih yg paling baik dan paling murah? Apakah itu mungkin?

https://kumparan.com/kumparanbisnis/nasib-pln-utang-menggunung-dan-terancam-kolaps-1tsS2HG1fCf?utm_source=kumDesktop&utm_medium=copy-to-clipboard&utm_campaign=share&shareID=OPMn4B1xB8JZ

Jumat, 17 Juli 2020

Lelah Merangkai Kata



Kadang merangkai kata itu memang capeknya melebihi aktifitas fisik.. mungkin karena kata kata bukanlah produk si jasad fisik saja.. tapi juga tubuh ruhani.. jd double capeknya. Tubuh ruhani capek konsepnya.. tubuh jasad capek ngeluarin wujud formalnya..

Jumat, 10 Juli 2020

Musim Pilkada (Lagi)



Tiba lagi musim pilkada. Di medsos mulai riuh tetang pencalonan-pencalonan. Aku teringat pertanyaan seorang kawan di medsos beberapa tahun lalu. Kalau ga salah menjelang Pilkada kab. Madina 2010 lalu. Seringkali ia bertanya mengapa ada banyak tokoh yang ingin turun lamgsung ikut berkompetisi dalam pilkada. Apa yang menjadi alas an mereka harus ikut jadi calon bupati katanya. Apa rupanya yang sudah mereka berikan pada daerah ini? Dan modal apa yang mereka miliki untuk mencalon? Aku mencoba menjawab seperti berikut.


1. Mengenai alasan utk menjadi calon bupati,

Menurut pendapat saya adalah karena ada suatu visi tertentu yg ada dalam diri si calon tersebut yg berhubungan dengan peran, tugas, dan tanggung jawab yg dapat diberikan oleh seorang yg mengemban tugas sebagai bupati di suatu kabupaten.

Sebagai kepala daerah seorang bupati akan memiliki kewenangan-kewenangan tertentu terkait dengan segala aspek pemerintahan di daerah. dengan kewenangan-kewenangan itu seorang bupati tentu dapat mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam mengelola daerahnya. dan hal itu akan menyentuh aspek-aspek tertentu dalam masyarakat (barangkali aspek-aspek tertentu inilah yg ingin dimajukan, dibangun, atau  disejahterakan menurut cita-citanya itu. 

Apabila visi atau cita-cita itu adalah menurutnya terkait dengan peran, tugas, dan wewenang sebagai bupati, atau sederhananya tugas itu hanya bisa dijalankan apabila menjabat sebagai bupati, maka seseorang yg mempunyai visi tertentu dan merasa mampu utk memajukan masyarakat di daerahnya itu (mudah-mudahan demikian) tentu lebih dapat mewujudkan visinya itu apabila ia berperan sebagai bupati. itulah sebabnya ia mau dan berusaha utk memperoleh peran tersebut. 

2. Mengenai apa yg sudah diberikan,

Apabila kita telah mengetahui suatu latar belakang calon tertentu, track record, pengalaman, dan apa-apa yg sudah dilakukan utk masyarakat dan daerah, tentu kita lebih mudah utk memutuskan apakah calon tersebut memang layak dan pantas utk diamanahi dalam jabatan tertentu.

Namun, saya jg berpikiran bahwa seseorang itu tidaklah mutlak harus diketahui dulu apa yg sudah diberikannya baru kemudian ia berhak mencalonkan diri utk jabatan tertentu. sepanjang ia merasa mampu dan didasari niat yg benar serta maka sah-sah saja ia berusaha utk itu. dan barangkali dan semoga ketika ia berperan dalam posisi atau jabatan itulah ia dapat memberikan apa yg dapat ia berikan itu utk masyarakat atau daerahnya.

Bukankah masyarakat bisa melihat pada visi, misi, dan program yg ditawarkan oleh calon tersebut. apabila program-program itu menurut masyarakat cukup relevan, memadai, sesuai dengan apa yg dibutuhkan, dan mampu dilaksanakan tentu masyarakat akan memilih. semoga memang demikian. Meskipun ada juga yg beranggapan dalam masyarakat bahwa calon-calon tersebut hanya menawarkan mimpi-mimpi dan tak akan terwujud. tugas masyarakatlah utk turut berpartisipasi, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan pemerintahan daerah itu.

3. Mengenai modal yg dimiliki,

Modal itu tentu adalah visi, cita-cita, semangat, dan harapan yg dimiliki oleh calon tersebut, serta kemauan dan kemampuan dan dukungan utk menjalankannya. tanpa suatu cita-cita tertentu lalu apa yg akan disampaikannya kepada masyarakat, tanpa kemampuan tertentu lalu bagaimana ia akan melaksanakannya, dan tanpa dukungan tertentu lalu bagaimana ia bisa mengusahakannya sendiri.

Wallahu a'lam

Selasa, 07 Juli 2020

Mencintai Kopi



"Maaf yaa.. Aku bukan pecinta kopi." Begitu katamu ketika kuajak ngopi di kafe teduh di sudut kota yang biasa kita kunjungi..
Ya. Aku juga tak sedang merayumu untuk mencintai secangkir kopi itu.. namun jika dirimu mau memahaminya itu pun sudah memberi bahagia padanya.. sebahagia org yang meminumnya meskipun pahit namun tak sepahit derita kehidupan.. meskipun hitam tapi tak sekelam hati yg dirundung pilu..

Senin, 15 Juni 2020

Ikan Cucut di Kayu Laut


Keta dik e manjalai ikan cucut..

Manjalaina sampe tu kayulaut..

Ulang be adik dabo buncut..

Bope baut tai nida les imut..

 

Pala kehe tu kayulaut..

Mangan ita dot ingkayu nairepus..

Ulang ho adik be buncut..

Takok usibit jolo upulos marpelus..

 

Aso aso dapot di kayulaut..

Ima ibaen jadi pangaronca..

Aso pe antong ho angkon nabuncut..

Na so do iba ison mambaca baca..

 

Nga uboto sayurmatinggi..

Tu sidimpuan ido boluson..

Nga mangua be anggi i..

Buncut maho abiskon sabornginon..

 

Bope anggi naso marbaut..

Padati i totop do marroda..

Bope songon ikan cucut..

Les totop doho imut uida..

 

(Panyabungan, 14/06/20 22.29)

Selasa, 09 Juni 2020

Mau jadi Apa?


Nanti sepuluh tahun lagi, Aku jadi apa ya?” Begitu pertanyaanmu malam itu..

Tak ada yang tahu kita seperti apa kedepannya.. Aku juga tak punya kemampuan meramal.. Aku hanya ingat beberapa ajaran yang pernah kubaca atau kudengar:

Menurut  keyakinan  Tao : biarkan hidupmu mengalir. Hidup ini seperti aliran air atau sungai. Ikuti saja arusnya kemana membawamu pergi.

Menurut  keyakinan Buddha : hiduplah sepenuhnya di momen detik ini. Tak perlu khawatir dgn momen lalu dan momen akan datang.

Menurut keyakinan Barat : aktualisasikan dirimu sebagaimana yg kau inginkan. Dream it. Kejar. Raih.

Menurut keyakinan Timur : engkau hanya bagian kecil dr alam semesta. Pelajari peranmu sebegai apa. Penuhi peranmu sebagaimana seharusnya.

Menurut Darma/Karma/Reinkarnasi : kikis terus, hapus terus, sampai habis karmamu di kehidupan sebelumnya. Agar semakin sempurna dan suci dirimu di kehidupan lebih lanjut. Kehidupan sekarang adalah saat ujiannya, jadi hari demi hari haruslebih baik dr hari sebelumnya.

Menurut para Sufi : naiklah terus, tahap demi tahap, maqom demi maqom, stingkat lebih tinggi dari sebelumnya sampai makrifat mengenal siapa kamu dan siapa Tuhanmu.

Jadi.. 10 tahun lg jd apa? Kamu hanya harus memenuhi peranmu yg seharusnya dgn lebih baik.

Jd pribadi yg baik. Profesional yg hebat. Insan yg meraih mimpinya. Sesuai apa yang bisa diraih dalam rentang waktu itu.

(Panyabungan, 08/06/20 20.33)

Kamis, 04 Juni 2020

Gubuk di tengah Gerimis


“Yaahh hujan ya..!” Kataku begitu merasakan gerimis mulai melanda di sore kemarin itu..

“Disini ngga bang..” Jawabmu.. mengherankan aku.

“Lho.. tapi deras ini lho. Emang kamu dimana?” tanyaku lagi penuh penasaran. Kok bisa ga ada hujan disitu pikirku.

“Di hati abang kan..?” Jawabmu lagi dengan lembut.

Duhh, aku jadi kelepek-klepek mendengarnya. Tapi aku lagi kehujanan ini. Aku khawatir hatiku juga turut  kehujanan (halah). Bagaimana kamu bisa ada disitu klo disitu juga hujan (heuheu).

Ah, biar kupersilakan saja “Hehe tentu saja.. Bisakah dikau berteduh disitu.. Di hatiku yang dilanda gerimis.. Bersabarlah.. Mungkin  sebentar lagi akan reda.. Maaf hanya ada gubuk lama yang sedikit reot dan goyah tempat untukmu berteduh disitu.. Moga hujan segera berhenti.”

“No problem. Everything will be better.” Jawabmu. Ucapan yang segera meredakan hujan dan menumbuhkan bunga-bunga indah semerbak di taman hatiku..

(Panyabungan, 03/06/20 17.36)

Momen


“Bagaimana kamu bersikap terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya? Apa yang kamu pikirkan sekarang?" Tanyamu padaku siang yang terik ini sambil menikmati jus segar di kantin

Ya, terkadang peristiwa pahit yang dialami memang membuat kita merasa berat dan ragu-ragu untuk melangkah. Rasanya hidup ini tidak adil, terlalu banyak peristiwa mengecewakan yang datang silih berganti.

"Aku coba lepaskan semua beban, hati, dan pikiran agar menjadi ringan untuk menikmati setiap jengkal kehidupan. Aku puas menjalani hidup dan menerima kondisi apapun yang terjadi." Jawabku.

“Kamu selalu menghargai setiap momen ya?” Tanyamu lagi..

"Ya. Kucoba bersyukur dengan apapun yang menimpa kita selama ini, menikmati setiap momen dengan ketulusan ini." Jawabku lagi sambil teringat dengan konsep momen.

Ada satu cara pandang terhadap momen yang menarik dalam salah satu ajaran. Lihatlah tiap detik hidupmu sebagai momen momen katanya. Hidup itu adalah momen-momen. Setiap momen berdiri sendiri. Momen detik ini adalah sekarang ini. Bukan momen yang telah berlalu. Bukan momen yg akan datang. Kita diciptakan untuk mengisi tiap momen dengan sepenuhnya. Tanpa harus terikat momen lalu dan terbebani momen akan datang. Hiduplah di momen yang sedang kamu jalani. Momen lalu biar berlalu. Momen akan datang bila tiba masanya.

(Panyabungan, 03/06/20 12.08)

Rabu, 03 Juni 2020

Ulang Dokon Sisa-Sisa

Ulok anggi marbisa..

Namonjap di rawa rawa..

Ulang dok anggi sisa sisa..

Na ondope torbit baya di roa..

 

Pala kehe amu tu poken donok..

Tabusi abit baen parompa..

Ulang paingot be au naonok..

Arana i madung do au lupa..

 

Mardalan anggi motor tu rao..

Naipalaluna tu pakan baru..

Mardalan ma au tujolo..

Manjalai hangoluan nabaru..

 

(Panyabungan, 27/05/20 12.15)

Sebait Puisi Menunggu Kantuk

"Kenapa berpuisi lagi? Tidurlah. Istirahat." Begitu komentarmu melihat postinganku malam tadi.

"Iya. Ga pa2. Sebentar lagi ku akan tidur." kubalas pesanmu singkat sembari pikiranku terus berputar, mengkhayal, bergoncang ingin membuncahkan isinya.

Kutulis sebait puisi untuk menunggu kantuk..

Menguras kata kata keluar dari bak pikiranku yg sudah melimpah menggenangi akal..

Mengosongkan pikiran barangkali meringankan beban akal..

Agar ku terlelap dengan isi pikiran yang baru..

Bak pikiran akan kuisi dengan tetesan air akal yang segar..

bagai telaga berisi mimpi dan angan masa depan yang lebih baik..


(Panyabungan, 02/06/20 00.12)

Sabtu, 30 Mei 2020

Mikimmu Mambaen Au Pingsan

Hum tu hutabangun dope bolusonku..

Madung sosak ulala tu sidimpuan..

Hum mikim pe ho dosar taroktokku..

Mur ma tata ho aropku aupe pingsan..


(Panyabungan, 30/05/20 08.02)

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran, Cinta, dan Kata-Kata



Ada hal yang paling aku suka dari lebaran, seperti saat ini, yakni kata-kata yang tiba-tiba jatuh cinta pada setiap orang. Dan, tidak pula bertepuk sebelah tangan. Orang-orang pun mencintai kata-kata.

Aku pun pengen mengucapkan kata-kata ini:

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan Batin.


Sabtu, 23 Mei 2020

Kopi, Musik, dan Desiran Angin

Dari tadi antri menunggu giliran potong rambut.Ditemani secangkir kopi. Dan musik tapsel madina yg sungguh menggugah hati. Thanks kopi dan musik, serta desiran angin malam yg membantuku menyingkap malam dengan seuntai dua untai kata kata..

(Panyabungan, 22/05/20 21.56)

Puisi MENGGAPAI TAJALLI oleh: Khairul F.Sean

Negara, Rakyat, dan Korona


Satu-satunya langkah paling nyata yang kita lakukan untuk menyelesaikan masalah korona adalah dengan berpendapat.

Rakyat berpendapat pemerintah gagal menangani korona, dan pemerintah berpendapat rakyat belum memiliki kesadaran pribadi untuk menghentikan laju penyebaran korona.

Jumat, 22 Mei 2020

Memandang Masalah

Ketika mendebatkan suatu masalah. Aku berusaha untuk meletakkannya sesuai porsinya. Aku ceritakan sebagai situasi/keadaan, yg sedang terjadi. Kemudian cara pandangku. Bukan pembelaanku atau seranganku. Dan memberikan kesempatan pada org lain yg mendengar utk memberi penilaiannya sendiri. Baik utk disimpan sendiri atau utk disampaikan kembali padaku.

(Panyabungan, 20/05/20 00.58)

Kamis, 21 Mei 2020

Walau Berat tapi Hadapi

Sebenarnya berat sekali. Rasa "berat" nya ada di berbagai sisi dan lini. Kasus berat. Tapi kucoba meletakkannya sebagai fakta/realita yg memang sedang terjadi dan hrs dihadapi secara logis. Bisa saja "rasanya" memalukan karena ini terjadi, tapi kadang terpikir jg ini memang hrs terjadi.


(Panyabungan, 20/05/20 00.51)

Selasa, 12 Mei 2020

Definisi itu sempit

Mengapa dikau memaksakanku mendefinisikannya.. sungguh definisi itu amat terbatas dan distortif. Amat jauh keluasan yg terkandung di dalam konsep tersebut mestinya sebelum didefinisikan. Tapi akibat definisi itu ia tersempitkan..

11/05/20 23.52 

Sabtu, 02 Mei 2020

Pendidikan Dasar untuk Semua

Negara wajib menyediakan pendidikan dasar buat semua warganya. Apakah negara sudahsanggup melakukannya? Belum. Jauh. Kelompok masyarakat serta ormaslah yang telah membantu negara menjalankan kewajibannya, juga guru-guru non-PNS yang bayarannya tak seberapa. Dan negara sering lupa terhadap mereka. 

Selamat Hari Pendidikan!

Jumat, 24 April 2020

Kamis, 23 April 2020

Negara dan Kutu Buku


Bangsa ini didirikan oleh para kutu buku, kemudian seiring berjalannya waktu bukunya hilang dan hanya menyisakan kutu..

Sabtu, 18 April 2020

Seberapa mengerikan #COVID19 ?



Virus masuk lewat saluran napas atas, menyebar ke paru, mencetuskan reaksi radang yg sistemik dan massif.

Dampaknya dapat terjadi pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung dan pembuluh darah, hati, ginjal, usus.

Belum ada obat yg efektif.

Sabtu, 11 April 2020

Pelajaran Besar dari DPR



Dari DPR kita sebagai rakyat dapat mengambil sebuah pelajaran besar bahwa jika kita tidak bisa menjadi manusia yang berguna setidaknya jadilah manusia yang banyak bicara.

Sabtu, 04 April 2020

Menahan diri



Wahai diriku, latihlah dirimu agar tidak terlalu banyak bicara, maka engkau akan semakin mampu mendengar. Terutama mendengar betapa berisiknya pikiranmu sendiri.

Berdamai. Bukan melarikan diri. Berlatih jadi pendengar yang baik. Tak perlu tergesa percaya. Tak perlu pula terburu memberi makna.. Maka engkau akan tenang.





Senin, 23 Maret 2020

Terima Kasih atas Hari Ini

Tuhan, terima kasih atas hari ini. Aku masih bernafas dan masih diberikan kesehatan. Ampunilah segala dosa-dosaku dan semua keluhanku selama ini. Aku sungguh bersyukur atas segala yang telah Engkau berikan kepadaku.  

Senin, 16 Maret 2020

Willpower Trap : Sepotong Ilusi tentang Kekuatan Motivasi

Ketika kita menemui orang yang tidak mau terlibat dalam proses perubahan di organisasinya, kita menyebut orang itu resisten. Ketika kita menjumpai orang yang malas-malasan dalam bekerja, kita menyebut orang itu tidak punya ketangguhan motivasi. Dan ketika kita bersua dengan orang yang kurang tekun meraih aspirasinya, kita menyebutnya sebagai orang yang tidak punya kemauan kuat untuk sukses.

Pak Mamat itu mah orangnya resisten, ndak mau berubah. Kalau Mas Dodo itu memang ndak punya motivasi untuk bekerja. Wah, kalau mbak Siti memang dari dulu ndak punya kemauan tinggi untuk berhasil.

Ah, betapa seringnya kita menjumpai ucapan seperti itu. Dan harap sodara-sodara ketahui : semua ucapan itu wrong, wrong and wrong. Semua kalimat itu adalah sejenis kutukan yang akan membawa kita jatuh dalam willpower trap.

Willpower trap adalah sejenis jebakan yang akan membawa kita untuk segera menuding kekuatan willpower (kemauan atau motivasai diri) sebagai biang keladi ketika kita menjumpai ketidakberhasilan seseorang.

Kenapa banyak orang tidak rajin berolahraga. Yah, karena banyak orang yang malas, dan ndak punya motivasi. Kenapa banyak orang mengerjakan tugas kantor selalu pas di ujung deadline. Yah, karena banyak orang yang tidak punya disiplin diri mengatur waktu.

Atau dua amsal lain : kenapa banyak orang yang berkeinginan memiliki usaha sendiri, namun banyak pula yang tidak mulai-mulai. Yah, karena mereka semua penakut dan tidak punya kemauan kuat untuk jadi pengusaha. Atau contoh ini : kenapa banyak umat Muslim yang tidak pernah shalat Subuh berjemaaah di mesjid. Yah, karena mereka semua males-males.

Semua contoh diatas adalah tanda kita terpelanting dalam willpower trap : atau sikap yang menjadikan kemauan diri (willpower) sebagai biang keladi. Akibat asumsi yang keliru ini, kita kemudian meracik jurus solusi yang juga jadi “lucu”.

Begitulah, karena menganggap karyawan kita kurang motivasi lalu kita mengundang ahli motivasi : yang dengan gagah menjelaskan bahwa kerja itu bukan sekedar tindakan fisik dan mencari uang belaka (jadi kalau begitu untuk cari apa dong). Dan bahwa kerja itu bagian dari ibadah yang mesti kita tekuni dengan penuh dedikasi (aih, aih, betapa manisnya kalimat ini. Problemnya, minggu depan para karyawan itu kembali ke mode tulalit).

Atau untuk mendorong banyak orang jadi entrepreneur, lantas ramai-ramai muncul seminar dengan tema seperti itu (harapannya dengan itu banyak orang terdorong jadi saudagar).

Atau untuk membuat orang berbondong-bondong shalat Subuh di mesjid, kita hadirkan ustadz-ustadz keren di layar televisi (yang mengabarkan kemuliaan shalat berjemaah di mesjid).

Problemnya : semua solusi itu keliru karena tergelincir dalam willpower trap tadi. Keliru karena berangkat dari asumsi yang juga keliru : yakni bahwa penyebab kenapa perilaku orang tidak optimal adalah karena kemauannya yang kurang.

Padahal riset-riset tentang human behavior menyebut satu elemen yang jauh lebih powerful dalam menentukan perilaku seseorang. Elemen itu adalah KONTEKS. Atau situasi di sekeliling kita. Atau lingkungan dan separangkat infrastruktur yang mengitari kehidupan kita.

Konteks itu bisa berujud macam-macam : bisa berupa sistem reward and punishment yang jelas, bisa berujud fasilitas gym di dalam kantor, bisa berupa program mentoring entrepreneur baru, bisa berupa hadirnya mesjid di depan rumah kita, dan beragam contoh lainnya.

Intinya konteks adalah seperangkat situasi dan infrastruktur yang ada di sekeliling kita; yang amat berperan dalam menentukan perilaku kita.

Begitulah misalnya, ratusan riset menunjukkan hadirnya sistem reward dan punishment yang tegas membuat level motivasi karyawan naik 5 kali lipat lebih tinggi (dan ini tanpa perlu pakar motivasi yang hanya bisa blah-blah itu). Studi juga menujukkan fasilitas Gym di lingkungan kantor membuat karyawan lebih rajin tiga kali lipat untuk berolahraga.

Program mentoring untuk menciptakan calon wirausaha baru juga jauh lebih efektif untuk membangun barisan entrepreneur unggul (dibanding ratusan seminar).

Dan aha, bangunan mesjid di dekat rumah, ternyata cenderung membuat penghuni rumah itu rajin datang ke mesjid (meski tidak semuanya juga sih).

Semua ilustrasi diatas adalah contoh kekuatan konteks. Hadirnya konteks (berupa sistem atau lingkungan infrastruktur) ini memberikan dorongan powerful untuk mengubah perilaku seseorang.

Dan sebaliknya, tanpa kehadiran konteks yang pas, banyak orang tidak terdorong untuk mengubah perilaku ke arah yang diiinginkan.

Dengan kata lain, banyak orang yang tidak melakukan perilaku yang diharapkan, bukan karena orang itu malas, tidak punya motivasi atau kurang punya kemauan. Study after study menunjukkan, sebabnya lebih dikarenakan tiadanya konteks yang pas. Atau tidak hadirnya dukungan sistem dan lingkungan infrastruktur yang mampu mengubah perilakunya.

Demikianlah, kelak ketika Anda merasa kurang berhasil menjalani impian hidup Anda (berolahraga secara teratur, rajin shalat Subuh di mesjid, lebih tekun dalam bekerja, lebih gigih dalam meraih cita-cita menjadi wirausaha sukses), jangan segera menganggap diri Anda malas, dan menyesali diri sendiri.
Problemnya mungkin konteks di sekeliling Anda yang kurang pas. Dan karena itu, perlu segera direkayasa agar lebih pas dengan tujuan hidup Anda. Bahasa kerennya : context reengineering.

Rabu, 26 Februari 2020

Indonesia Negara Maju

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP)

Dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang. Trump tampaknya ngambek dengan daftar itu dan merasa dirugikan lantaran kompetisi tidak lagi adil.

Kekesalan Trump terutama kepada China yang mendapat banyak keuntungan karena statusnya sebagai negara berkembang. Dalam perdagangan, tarif bea masuk barang dari negara berkembang lebih kecil dibanding negara maju.

Tidak hanya Indonesia, 24 negara lain juga akan dicoret dari daftar negara berkembang. Negara itu adalah Albania, Argentina, Armenia, Brazil, Bulgaria, dan China.

Kemudian ada Kolombia, Kosta Rika, Georgia, Hong Kong, India, Indonesia, Kazakhstan, dan Republik Kirgis.

Selanjutnya ada Malaysia, Moldova, Montenegro, Makedonia Utara, Romania, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Thailand, Ukraina, dan Vietnam.

Bagaimana Indonesia menanggapi hal ini dan apa dampaknya? Yang langsung terasa adalah fasilitas pinjaman dari luar dan rendahnya bunga untuk beragam proyek tidak lagi dinikmati Indonesia.

Tapi tenang saja. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlangga Hartarto mengaku tidak khawatir.

Untuk pemerintah, ini mungkin janji kampanye yang terwujud lebih awal: menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Terima kasih Trump!

Sabtu, 22 Februari 2020

Terjebak Penjara Rasa

sesaat kita bersama
ada rasa yang terbersit di hatiku
aku tak tahu apa yang terjadi padaku
binar matamu bagaikan penjara

alam pun terasa berbeda
ketika dunia punya cita rasa baru 
aku benar benar terjebak tanpa daya
namun tak ingin keindahan ini berlalu

sungai itu telah menghanyutkanku
dalam aliran gairah penuh suka
samudera itu telah menenggelamkanku
dalam pelukan harapan tanpa duka