Senin, 15 Juni 2020

Ikan Cucut di Kayu Laut


Keta dik e manjalai ikan cucut..

Manjalaina sampe tu kayulaut..

Ulang be adik dabo buncut..

Bope baut tai nida les imut..

 

Pala kehe tu kayulaut..

Mangan ita dot ingkayu nairepus..

Ulang ho adik be buncut..

Takok usibit jolo upulos marpelus..

 

Aso aso dapot di kayulaut..

Ima ibaen jadi pangaronca..

Aso pe antong ho angkon nabuncut..

Na so do iba ison mambaca baca..

 

Nga uboto sayurmatinggi..

Tu sidimpuan ido boluson..

Nga mangua be anggi i..

Buncut maho abiskon sabornginon..

 

Bope anggi naso marbaut..

Padati i totop do marroda..

Bope songon ikan cucut..

Les totop doho imut uida..

 

(Panyabungan, 14/06/20 22.29)

Selasa, 09 Juni 2020

Mau jadi Apa?


Nanti sepuluh tahun lagi, Aku jadi apa ya?” Begitu pertanyaanmu malam itu..

Tak ada yang tahu kita seperti apa kedepannya.. Aku juga tak punya kemampuan meramal.. Aku hanya ingat beberapa ajaran yang pernah kubaca atau kudengar:

Menurut  keyakinan  Tao : biarkan hidupmu mengalir. Hidup ini seperti aliran air atau sungai. Ikuti saja arusnya kemana membawamu pergi.

Menurut  keyakinan Buddha : hiduplah sepenuhnya di momen detik ini. Tak perlu khawatir dgn momen lalu dan momen akan datang.

Menurut keyakinan Barat : aktualisasikan dirimu sebagaimana yg kau inginkan. Dream it. Kejar. Raih.

Menurut keyakinan Timur : engkau hanya bagian kecil dr alam semesta. Pelajari peranmu sebegai apa. Penuhi peranmu sebagaimana seharusnya.

Menurut Darma/Karma/Reinkarnasi : kikis terus, hapus terus, sampai habis karmamu di kehidupan sebelumnya. Agar semakin sempurna dan suci dirimu di kehidupan lebih lanjut. Kehidupan sekarang adalah saat ujiannya, jadi hari demi hari haruslebih baik dr hari sebelumnya.

Menurut para Sufi : naiklah terus, tahap demi tahap, maqom demi maqom, stingkat lebih tinggi dari sebelumnya sampai makrifat mengenal siapa kamu dan siapa Tuhanmu.

Jadi.. 10 tahun lg jd apa? Kamu hanya harus memenuhi peranmu yg seharusnya dgn lebih baik.

Jd pribadi yg baik. Profesional yg hebat. Insan yg meraih mimpinya. Sesuai apa yang bisa diraih dalam rentang waktu itu.

(Panyabungan, 08/06/20 20.33)

Seperti Berdiri di atas Bola


Aku merasa seperti berdiri di atas bola bulat yang mengapung di atas air danau. Sungguh repot dan sukar berjuang berdiri tegak dan diam di batas bola pijakan itu. Bolanya terus bergoyang nakal. Dan aku harus merentangkan tangan ke kanan.. ke kiri.. tegak.. menunduk.. jongkok.. ntah ngapain lagi biar tetap seimbang. Kadang pengen berdiri tegak. Kadang malah pengen jongkok. Kadang bola itu diam baik baik. Tapi air danau itu beriak. Kadang bola bagus. Air tenang. Tapi angin tiba-tiba saja muncul angin kencang. Kadang semua baik baik saja tapi aku gatal dan pengen garuk-garuk di suatu tempat eh jadi goyang lagi..

(Panyabungan, 08/06/20 23.46)

Sabtu, 06 Juni 2020

Ketika Hati Dilanda Gerimis

"Bagaimanakah perasaanmu kelak jika aku menikah? Akankah kau datang menghadiri undangan pernikahanku?" Begitu pertanyaanmu di akhir obrolan kita kemarin malam.

"Ya. Aku akan datang." Jawabku singkat dan yakin. Tapi sungguh aku tak kan bisa membohongi perasaan.


Aku tak kan sekadar duduk manis.

Melihatmu disana duduk di pelaminan.

Walau hati dilanda gerimis.

Doaku untukmu bahagia perkawinan.

Dikau tinggalkan sudah masa gadis.

Hidup sejahtera bahagia tujuan.



"Hah?" Mestikah dijawab dengan puisi?" Katamu.


"Ya. kita bercengkrama dengan berpuisi." Jawabku.

"Aku tak bisa berpuisi. Paling Hanya sekedar coret-coret saja. Aku cuma bisa mengkhayal." Katamu lagi.

"Ya. Aku jg membuatnya dengan berkhayal kok. Maka sudikah engkau membantu aku dengan dirimu menjadi khayalanku..? Mungkin itulah yang membuat semua kata kata muncul bertaburan tanpa ku tahu darimana datangnya." Begitu kataku. Dan kau merespon dengan kaget.

"Astaga. Kenapa berkhayal tentang aku? Kan aku nyata ada di depanmu?"

"Ya. Karena muatan air haru yang dikandung awan jiwa sudah tak tertampung lagi. Maka berjatuhanlah ia menjadi gerimis di hati yang gersang." Jawabku.


Karena kutahu..

Pabila dikau nyata di depanku..

Kuhanya bisa diam terpaku..

Namun jika dikau di alam khayalku..

Alam pikir dan lisanku serasa menjadi buku..



(Panyabungan 4 Juni 2020)

Kamis, 04 Juni 2020

Gubuk di tengah Gerimis


“Yaahh hujan ya..!” Kataku begitu merasakan gerimis mulai melanda di sore kemarin itu..

“Disini ngga bang..” Jawabmu.. mengherankan aku.

“Lho.. tapi deras ini lho. Emang kamu dimana?” tanyaku lagi penuh penasaran. Kok bisa ga ada hujan disitu pikirku.

“Di hati abang kan..?” Jawabmu lagi dengan lembut.

Duhh, aku jadi kelepek-klepek mendengarnya. Tapi aku lagi kehujanan ini. Aku khawatir hatiku juga turut  kehujanan (halah). Bagaimana kamu bisa ada disitu klo disitu juga hujan (heuheu).

Ah, biar kupersilakan saja “Hehe tentu saja.. Bisakah dikau berteduh disitu.. Di hatiku yang dilanda gerimis.. Bersabarlah.. Mungkin  sebentar lagi akan reda.. Maaf hanya ada gubuk lama yang sedikit reot dan goyah tempat untukmu berteduh disitu.. Moga hujan segera berhenti.”

“No problem. Everything will be better.” Jawabmu. Ucapan yang segera meredakan hujan dan menumbuhkan bunga-bunga indah semerbak di taman hatiku..

(Panyabungan, 03/06/20 17.36)

Momen


“Bagaimana kamu bersikap terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya? Apa yang kamu pikirkan sekarang?" Tanyamu padaku siang yang terik ini sambil menikmati jus segar di kantin

Ya, terkadang peristiwa pahit yang dialami memang membuat kita merasa berat dan ragu-ragu untuk melangkah. Rasanya hidup ini tidak adil, terlalu banyak peristiwa mengecewakan yang datang silih berganti.

"Aku coba lepaskan semua beban, hati, dan pikiran agar menjadi ringan untuk menikmati setiap jengkal kehidupan. Aku puas menjalani hidup dan menerima kondisi apapun yang terjadi." Jawabku.

“Kamu selalu menghargai setiap momen ya?” Tanyamu lagi..

"Ya. Kucoba bersyukur dengan apapun yang menimpa kita selama ini, menikmati setiap momen dengan ketulusan ini." Jawabku lagi sambil teringat dengan konsep momen.

Ada satu cara pandang terhadap momen yang menarik dalam salah satu ajaran. Lihatlah tiap detik hidupmu sebagai momen momen katanya. Hidup itu adalah momen-momen. Setiap momen berdiri sendiri. Momen detik ini adalah sekarang ini. Bukan momen yang telah berlalu. Bukan momen yg akan datang. Kita diciptakan untuk mengisi tiap momen dengan sepenuhnya. Tanpa harus terikat momen lalu dan terbebani momen akan datang. Hiduplah di momen yang sedang kamu jalani. Momen lalu biar berlalu. Momen akan datang bila tiba masanya.

(Panyabungan, 03/06/20 12.08)

Rabu, 03 Juni 2020

Ulang Dokon Sisa-Sisa

Ulok anggi marbisa..

Namonjap di rawa rawa..

Ulang dok anggi sisa sisa..

Na ondope torbit baya di roa..

 

Pala kehe amu tu poken donok..

Tabusi abit baen parompa..

Ulang paingot be au naonok..

Arana i madung do au lupa..

 

Mardalan anggi motor tu rao..

Naipalaluna tu pakan baru..

Mardalan ma au tujolo..

Manjalai hangoluan nabaru..

 

(Panyabungan, 27/05/20 12.15)

Sebait Puisi Menunggu Kantuk

"Kenapa berpuisi lagi? Tidurlah. Istirahat." Begitu komentarmu melihat postinganku malam tadi.

"Iya. Ga pa2. Sebentar lagi ku akan tidur." kubalas pesanmu singkat sembari pikiranku terus berputar, mengkhayal, bergoncang ingin membuncahkan isinya.

Kutulis sebait puisi untuk menunggu kantuk..

Menguras kata kata keluar dari bak pikiranku yg sudah melimpah menggenangi akal..

Mengosongkan pikiran barangkali meringankan beban akal..

Agar ku terlelap dengan isi pikiran yang baru..

Bak pikiran akan kuisi dengan tetesan air akal yang segar..

bagai telaga berisi mimpi dan angan masa depan yang lebih baik..


(Panyabungan, 02/06/20 00.12)

Sabtu, 30 Mei 2020

Pasangan Pra Eksistensi

A: Haduuuhhh. Jd ingat kata Plato. Mngkn dikau itu pasangan nempelku dulu di alam pra eksistensi. Konon dahulu sebelum mewujud di alam eksistensi, kita itu diciptakan berpasangan saling nempel tapi terbalik saling membelakangi. Punggungnya nempel. Lalu masing masing terpisah saat diciptakan, mewujud dan dikirim ke bumi.  

P: Sumpah aku kekeh bacanya..

A: Huss! Orang serius ngomong malah diketawain. Aku hrs seperti apa sih maumu agar tak ditertawai.. 

P: Ngga mesti gimana2 lho.. Karena menjadi dirimu sendiri itu lebih baik..

(Panyabungan, 30/05/20 23.08)

Mikimmu Mambaen Au Pingsan

Hum tu hutabangun dope bolusonku..

Madung sosak ulala tu sidimpuan..

Hum mikim pe ho dosar taroktokku..

Mur ma tata ho aropku aupe pingsan..


(Panyabungan, 30/05/20 08.02)

Kamis, 28 Mei 2020

Terjebak dalam Cinta

 “Aku seperti energi buatmu?” begitu pertanyaan tadi malam. “Ya. Semacam itu.” Kujawab singkat.

“Hmmm.. Mengesankan. Tapi, awas terjebak ya” katamu menanggapi.

Aku pernah menjelaskan bagaiamana pentingnya keberadaan dirimu bagiku. Tapi soal “terjebak” ini, aku malah terinspirasi membuat pantun..

 

Sonjia ma iba get mambajak..

Angke nadaoan baya tu siabu..

Sonjia dope ningiba inda terjebak..

Naso jebakan pe au leng madabu..

 

“Madabu marguling-guling? Tanyamu sambil menahan ketawa.

 

Inda hum di mandailing..

Lalu ubolus baya tano batak..

Inda hum madabu marguling guling..

Lalu do ronjom lanom marlamutak..

 

(Panyabungan, 27/05/20 20.06)

Rabu, 27 Mei 2020

Sepenting Angin bagi Sampan yang Berlayar di Lautan


"Emangnya kehadiranku penting?" Begitu tanyamu di saat kumengingatkan untuk hadir di acara itu.
"Ya. Tentu dong kamu penting." Jawabku.
"Sepenting apa aku ada?" Tanyamu lagi.
"Sepenting desiran angin untuk sampan layar yang mengarungi lautan." Kucoba beranalogi menjawabnya.
"Pabila angin ada.. sampan kan berlayar penuh gairah mencapai tujuan."
"Lalu, kalau aku tak ada?" Katamu menanggapi.
"Ya, jika angin tiada.. tidaklah itu memutus harapan bagi sampan untuk terus berlayar menuju tujuannya.. bukankah ada dayung yang bisa membantu pergerakannya.."
"Dayung bergerak, maka sampan pun berlayar.. walau pun pelan.. namun tak putus harapan.. dia tetap penuh asa.. mngkn suatu waktu angin akan berhembus kembali dan bergerak bersama menuju pulau harapan.."
"Bagimana jika aku cuma menjadi angin lalu?" Sambungmu
"Angin hanya akan menjadi angin lalu jika ia hanya berdesir bergerak lalu tanpa mendorong layar dan membawanya bergerak bersama.."
"Cukup menyedihkan" Suaramu terdengar lirih..
"Jika hanya ingin berlalu.. jadilah angin sepoi sepoi yang menyejukkan di kala terik mentari mendahagakan jiwa dan membakar asa.. agar desiranmu memberi keteduhan dan kesegaran sampai hujan turun menyegarkan bumi.." Ucapku menutup percakapan sore tadi..
(Panyabungan, 27/05/20 15.03)

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran, Cinta, dan Kata-Kata



Ada hal yang paling aku suka dari lebaran, seperti saat ini, yakni kata-kata yang tiba-tiba jatuh cinta pada setiap orang. Dan, tidak pula bertepuk sebelah tangan. Orang-orang pun mencintai kata-kata.

Aku pun pengen mengucapkan kata-kata ini:

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan Batin.


Sabtu, 23 Mei 2020

Kopi, Musik, dan Desiran Angin

Dari tadi antri menunggu giliran potong rambut.Ditemani secangkir kopi. Dan musik tapsel madina yg sungguh menggugah hati. Thanks kopi dan musik, serta desiran angin malam yg membantuku menyingkap malam dengan seuntai dua untai kata kata..

(Panyabungan, 22/05/20 21.56)

Puisi MENGGAPAI TAJALLI oleh: Khairul F.Sean

Negara, Rakyat, dan Korona


Satu-satunya langkah paling nyata yang kita lakukan untuk menyelesaikan masalah korona adalah dengan berpendapat.

Rakyat berpendapat pemerintah gagal menangani korona, dan pemerintah berpendapat rakyat belum memiliki kesadaran pribadi untuk menghentikan laju penyebaran korona.

Jumat, 22 Mei 2020

Mengenalimu

Aku tak terlalu mengenalmu...

Yang kuketahui hanyalah namamu..

Sebutanmu.. Panggilanmu..

Kuketahui taklah berarti kukenali..

Kukenali pun tak pula terkait urgensi..

Untuk apa dikenali kalaulah tak dipahami..

Cukuplah diketahui tapi bisa memahami..

Kamu yang selalu tampil dengan anggun dan kemayu..

Kamu yang senantiasa sigap, siaga, dan waspada terhadap rasa takut..

Kamu yang selalu enak dan santuy diajak berbagi pendapat..

Aku mungkin tak terlalu mengenalmu..

Kuingat kata Weber..

Dunia sosial tak harus seperti ilmu alam yang harus menjelaskan obyek..

Tapi dunia yang penuh relasi dengan tujuan mencoba memahami..

Aku mungkin tak mengenalmu..

Tapi aku kan selalu mencoba memahamimu..


 (Panyabungan 22/05/20)

Memandang Masalah

Ketika mendebatkan suatu masalah. Aku berusaha untuk meletakkannya sesuai porsinya. Aku ceritakan sebagai situasi/keadaan, yg sedang terjadi. Kemudian cara pandangku. Bukan pembelaanku atau seranganku. Dan memberikan kesempatan pada org lain yg mendengar utk memberi penilaiannya sendiri. Baik utk disimpan sendiri atau utk disampaikan kembali padaku.

(Panyabungan, 20/05/20 00.58)

Kamis, 21 Mei 2020

Walau Berat tapi Hadapi

Sebenarnya berat sekali. Rasa "berat" nya ada di berbagai sisi dan lini. Kasus berat. Tapi kucoba meletakkannya sebagai fakta/realita yg memang sedang terjadi dan hrs dihadapi secara logis. Bisa saja "rasanya" memalukan karena ini terjadi, tapi kadang terpikir jg ini memang hrs terjadi.


(Panyabungan, 20/05/20 00.51)

Selasa, 12 Mei 2020

Definisi itu sempit

Mengapa dikau memaksakanku mendefinisikannya.. sungguh definisi itu amat terbatas dan distortif. Amat jauh keluasan yg terkandung di dalam konsep tersebut mestinya sebelum didefinisikan. Tapi akibat definisi itu ia tersempitkan..

11/05/20 23.52 

Sabtu, 02 Mei 2020

Pendidikan Dasar untuk Semua

Negara wajib menyediakan pendidikan dasar buat semua warganya. Apakah negara sudahsanggup melakukannya? Belum. Jauh. Kelompok masyarakat serta ormaslah yang telah membantu negara menjalankan kewajibannya, juga guru-guru non-PNS yang bayarannya tak seberapa. Dan negara sering lupa terhadap mereka. 

Selamat Hari Pendidikan!

Kamis, 30 April 2020

Percaya atau Ragu

Mungkin kalau ingin menjadi seorang Pecinta, kita tidak bisa bertahan lama bersikap menjadi filsuf, tapi harus memilih jalan seperti di jalur religius, yaitu percaya dan beriman, bukan seperti dorongan filosofis, yaitu meragukan & menyelidiki. 

Kita harus lebih memilih risiko menjadi salah dan jatuh cinta daripada senantiasa dalam keraguan dan tanpa cinta..

Jumat, 24 April 2020

Kamis, 23 April 2020

Negara dan Kutu Buku


Bangsa ini didirikan oleh para kutu buku, kemudian seiring berjalannya waktu bukunya hilang dan hanya menyisakan kutu..

Sabtu, 18 April 2020

Seberapa mengerikan #COVID19 ?



Virus masuk lewat saluran napas atas, menyebar ke paru, mencetuskan reaksi radang yg sistemik dan massif.

Dampaknya dapat terjadi pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung dan pembuluh darah, hati, ginjal, usus.

Belum ada obat yg efektif.

Sabtu, 11 April 2020

Pelajaran Besar dari DPR



Dari DPR kita sebagai rakyat dapat mengambil sebuah pelajaran besar bahwa jika kita tidak bisa menjadi manusia yang berguna setidaknya jadilah manusia yang banyak bicara.

Sabtu, 04 April 2020

Menahan diri



Wahai diriku, latihlah dirimu agar tidak terlalu banyak bicara, maka engkau akan semakin mampu mendengar. Terutama mendengar betapa berisiknya pikiranmu sendiri.

Berdamai. Bukan melarikan diri. Berlatih jadi pendengar yang baik. Tak perlu tergesa percaya. Tak perlu pula terburu memberi makna.. Maka engkau akan tenang.





Senin, 30 Maret 2020

Sepatah Kata yang tak Sepatahnya Hati

Betapa susahnya merangkai kata kata ini. Sudah dicoba sedemikian rupa, tapi cuma sepatah dua patah kata tuh.. meski pun tak sepatahnya hati.. patahan kata kata itu jg lumayan sulit dan sukar rasanya dirangkai..

Aku pun bingung kok bisa bisanya susunan kata kata ini muncul begitu saja.. untung aku mampu mematahkan kata kata ini terlebih dahulu.. sebelum aku yg dipatahkan olehnya..

Aku bukan pujangga.. meski pun kadang aku memuja mereka.. ketika mereka mampu mengungkapkan hal hal yg tak mampu kubahasakan secara tepat sesuai rasa dan selera...