Sabtu, 30 Mei 2020

Pasangan Pra Eksistensi

A: Haduuuhhh. Jd ingat kata Plato. Mngkn dikau itu pasangan nempelku dulu di alam pra eksistensi. Konon dahulu sebelum mewujud di alam eksistensi, kita itu diciptakan berpasangan saling nempel tapi terbalik saling membelakangi. Punggungnya nempel. Lalu masing masing terpisah saat diciptakan, mewujud dan dikirim ke bumi.  

P: Sumpah aku kekeh bacanya..

A: Huss! Orang serius ngomong malah diketawain. Aku hrs seperti apa sih maumu agar tak ditertawai.. 

P: Ngga mesti gimana2 lho.. Karena menjadi dirimu sendiri itu lebih baik..

(Panyabungan, 30/05/20 23.08)

Mikimmu Mambaen Au Pingsan

Hum tu hutabangun dope bolusonku..

Madung sosak ulala tu sidimpuan..

Hum mikim pe ho dosar taroktokku..

Mur ma tata ho aropku aupe pingsan..


(Panyabungan, 30/05/20 08.02)

Kamis, 28 Mei 2020

Terjebak dalam Cinta

 “Aku seperti energi buatmu?” begitu pertanyaan tadi malam. “Ya. Semacam itu.” Kujawab singkat.

“Hmmm.. Mengesankan. Tapi, awas terjebak ya” katamu menanggapi.

Aku pernah menjelaskan bagaiamana pentingnya keberadaan dirimu bagiku. Tapi soal “terjebak” ini, aku malah terinspirasi membuat pantun..

 

Sonjia ma iba get mambajak..

Angke nadaoan baya tu siabu..

Sonjia dope ningiba inda terjebak..

Naso jebakan pe au leng madabu..

 

“Madabu marguling-guling? Tanyamu sambil menahan ketawa.

 

Inda hum di mandailing..

Lalu ubolus baya tano batak..

Inda hum madabu marguling guling..

Lalu do ronjom lanom marlamutak..

 

(Panyabungan, 27/05/20 20.06)

Rabu, 27 Mei 2020

Sepenting Angin bagi Sampan yang Berlayar di Lautan


"Emangnya kehadiranku penting?" Begitu tanyamu di saat kumengingatkan untuk hadir di acara itu.
"Ya. Tentu dong kamu penting." Jawabku.
"Sepenting apa aku ada?" Tanyamu lagi.
"Sepenting desiran angin untuk sampan layar yang mengarungi lautan." Kucoba beranalogi menjawabnya.
"Pabila angin ada.. sampan kan berlayar penuh gairah mencapai tujuan."
"Lalu, kalau aku tak ada?" Katamu menanggapi.
"Ya, jika angin tiada.. tidaklah itu memutus harapan bagi sampan untuk terus berlayar menuju tujuannya.. bukankah ada dayung yang bisa membantu pergerakannya.."
"Dayung bergerak, maka sampan pun berlayar.. walau pun pelan.. namun tak putus harapan.. dia tetap penuh asa.. mngkn suatu waktu angin akan berhembus kembali dan bergerak bersama menuju pulau harapan.."
"Bagimana jika aku cuma menjadi angin lalu?" Sambungmu
"Angin hanya akan menjadi angin lalu jika ia hanya berdesir bergerak lalu tanpa mendorong layar dan membawanya bergerak bersama.."
"Cukup menyedihkan" Suaramu terdengar lirih..
"Jika hanya ingin berlalu.. jadilah angin sepoi sepoi yang menyejukkan di kala terik mentari mendahagakan jiwa dan membakar asa.. agar desiranmu memberi keteduhan dan kesegaran sampai hujan turun menyegarkan bumi.." Ucapku menutup percakapan sore tadi..
(Panyabungan, 27/05/20 15.03)

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran, Cinta, dan Kata-Kata



Ada hal yang paling aku suka dari lebaran, seperti saat ini, yakni kata-kata yang tiba-tiba jatuh cinta pada setiap orang. Dan, tidak pula bertepuk sebelah tangan. Orang-orang pun mencintai kata-kata.

Aku pun pengen mengucapkan kata-kata ini:

Selamat hari raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir dan Batin.


Sabtu, 23 Mei 2020

Kopi, Musik, dan Desiran Angin

Dari tadi antri menunggu giliran potong rambut.Ditemani secangkir kopi. Dan musik tapsel madina yg sungguh menggugah hati. Thanks kopi dan musik, serta desiran angin malam yg membantuku menyingkap malam dengan seuntai dua untai kata kata..

(Panyabungan, 22/05/20 21.56)

Puisi MENGGAPAI TAJALLI oleh: Khairul F.Sean

Negara, Rakyat, dan Korona


Satu-satunya langkah paling nyata yang kita lakukan untuk menyelesaikan masalah korona adalah dengan berpendapat.

Rakyat berpendapat pemerintah gagal menangani korona, dan pemerintah berpendapat rakyat belum memiliki kesadaran pribadi untuk menghentikan laju penyebaran korona.

Jumat, 22 Mei 2020

Mengenalimu

Aku tak terlalu mengenalmu...

Yang kuketahui hanyalah namamu..

Sebutanmu.. Panggilanmu..

Kuketahui taklah berarti kukenali..

Kukenali pun tak pula terkait urgensi..

Untuk apa dikenali kalaulah tak dipahami..

Cukuplah diketahui tapi bisa memahami..

Kamu yang selalu tampil dengan anggun dan kemayu..

Kamu yang senantiasa sigap, siaga, dan waspada terhadap rasa takut..

Kamu yang selalu enak dan santuy diajak berbagi pendapat..

Aku mungkin tak terlalu mengenalmu..

Kuingat kata Weber..

Dunia sosial tak harus seperti ilmu alam yang harus menjelaskan obyek..

Tapi dunia yang penuh relasi dengan tujuan mencoba memahami..

Aku mungkin tak mengenalmu..

Tapi aku kan selalu mencoba memahamimu..


 (Panyabungan 22/05/20)

Memandang Masalah

Ketika mendebatkan suatu masalah. Aku berusaha untuk meletakkannya sesuai porsinya. Aku ceritakan sebagai situasi/keadaan, yg sedang terjadi. Kemudian cara pandangku. Bukan pembelaanku atau seranganku. Dan memberikan kesempatan pada org lain yg mendengar utk memberi penilaiannya sendiri. Baik utk disimpan sendiri atau utk disampaikan kembali padaku.

(Panyabungan, 20/05/20 00.58)

Kamis, 21 Mei 2020

Walau Berat tapi Hadapi

Sebenarnya berat sekali. Rasa "berat" nya ada di berbagai sisi dan lini. Kasus berat. Tapi kucoba meletakkannya sebagai fakta/realita yg memang sedang terjadi dan hrs dihadapi secara logis. Bisa saja "rasanya" memalukan karena ini terjadi, tapi kadang terpikir jg ini memang hrs terjadi.


(Panyabungan, 20/05/20 00.51)

Selasa, 12 Mei 2020

Definisi itu sempit

Mengapa dikau memaksakanku mendefinisikannya.. sungguh definisi itu amat terbatas dan distortif. Amat jauh keluasan yg terkandung di dalam konsep tersebut mestinya sebelum didefinisikan. Tapi akibat definisi itu ia tersempitkan..

11/05/20 23.52 

Sabtu, 02 Mei 2020

Pendidikan Dasar untuk Semua

Negara wajib menyediakan pendidikan dasar buat semua warganya. Apakah negara sudahsanggup melakukannya? Belum. Jauh. Kelompok masyarakat serta ormaslah yang telah membantu negara menjalankan kewajibannya, juga guru-guru non-PNS yang bayarannya tak seberapa. Dan negara sering lupa terhadap mereka. 

Selamat Hari Pendidikan!

Kamis, 30 April 2020

Percaya atau Ragu

Mungkin kalau ingin menjadi seorang Pecinta, kita tidak bisa bertahan lama bersikap menjadi filsuf, tapi harus memilih jalan seperti di jalur religius, yaitu percaya dan beriman, bukan seperti dorongan filosofis, yaitu meragukan & menyelidiki. 

Kita harus lebih memilih risiko menjadi salah dan jatuh cinta daripada senantiasa dalam keraguan dan tanpa cinta..

Jumat, 24 April 2020

Kamis, 23 April 2020

Negara dan Kutu Buku


Bangsa ini didirikan oleh para kutu buku, kemudian seiring berjalannya waktu bukunya hilang dan hanya menyisakan kutu..

Sabtu, 18 April 2020

Seberapa mengerikan #COVID19 ?



Virus masuk lewat saluran napas atas, menyebar ke paru, mencetuskan reaksi radang yg sistemik dan massif.

Dampaknya dapat terjadi pada hampir seluruh organ: otak, mata, hidung, paru, jantung dan pembuluh darah, hati, ginjal, usus.

Belum ada obat yg efektif.

Sabtu, 11 April 2020

Pelajaran Besar dari DPR



Dari DPR kita sebagai rakyat dapat mengambil sebuah pelajaran besar bahwa jika kita tidak bisa menjadi manusia yang berguna setidaknya jadilah manusia yang banyak bicara.

Sabtu, 04 April 2020

Menahan diri



Wahai diriku, latihlah dirimu agar tidak terlalu banyak bicara, maka engkau akan semakin mampu mendengar. Terutama mendengar betapa berisiknya pikiranmu sendiri.

Berdamai. Bukan melarikan diri. Berlatih jadi pendengar yang baik. Tak perlu tergesa percaya. Tak perlu pula terburu memberi makna.. Maka engkau akan tenang.





Senin, 30 Maret 2020

Sepatah Kata yang tak Sepatahnya Hati

Betapa susahnya merangkai kata kata ini. Sudah dicoba sedemikian rupa, tapi cuma sepatah dua patah kata tuh.. meski pun tak sepatahnya hati.. patahan kata kata itu jg lumayan sulit dan sukar rasanya dirangkai..

Aku pun bingung kok bisa bisanya susunan kata kata ini muncul begitu saja.. untung aku mampu mematahkan kata kata ini terlebih dahulu.. sebelum aku yg dipatahkan olehnya..

Aku bukan pujangga.. meski pun kadang aku memuja mereka.. ketika mereka mampu mengungkapkan hal hal yg tak mampu kubahasakan secara tepat sesuai rasa dan selera...

Senin, 23 Maret 2020

Terima Kasih atas Hari Ini

Tuhan, terima kasih atas hari ini. Aku masih bernafas dan masih diberikan kesehatan. Ampunilah segala dosa-dosaku dan semua keluhanku selama ini. Aku sungguh bersyukur atas segala yang telah Engkau berikan kepadaku.  

Senin, 16 Maret 2020

Willpower Trap : Sepotong Ilusi tentang Kekuatan Motivasi

Ketika kita menemui orang yang tidak mau terlibat dalam proses perubahan di organisasinya, kita menyebut orang itu resisten. Ketika kita menjumpai orang yang malas-malasan dalam bekerja, kita menyebut orang itu tidak punya ketangguhan motivasi. Dan ketika kita bersua dengan orang yang kurang tekun meraih aspirasinya, kita menyebutnya sebagai orang yang tidak punya kemauan kuat untuk sukses.

Pak Mamat itu mah orangnya resisten, ndak mau berubah. Kalau Mas Dodo itu memang ndak punya motivasi untuk bekerja. Wah, kalau mbak Siti memang dari dulu ndak punya kemauan tinggi untuk berhasil.

Ah, betapa seringnya kita menjumpai ucapan seperti itu. Dan harap sodara-sodara ketahui : semua ucapan itu wrong, wrong and wrong. Semua kalimat itu adalah sejenis kutukan yang akan membawa kita jatuh dalam willpower trap.

Willpower trap adalah sejenis jebakan yang akan membawa kita untuk segera menuding kekuatan willpower (kemauan atau motivasai diri) sebagai biang keladi ketika kita menjumpai ketidakberhasilan seseorang.

Kenapa banyak orang tidak rajin berolahraga. Yah, karena banyak orang yang malas, dan ndak punya motivasi. Kenapa banyak orang mengerjakan tugas kantor selalu pas di ujung deadline. Yah, karena banyak orang yang tidak punya disiplin diri mengatur waktu.

Atau dua amsal lain : kenapa banyak orang yang berkeinginan memiliki usaha sendiri, namun banyak pula yang tidak mulai-mulai. Yah, karena mereka semua penakut dan tidak punya kemauan kuat untuk jadi pengusaha. Atau contoh ini : kenapa banyak umat Muslim yang tidak pernah shalat Subuh berjemaaah di mesjid. Yah, karena mereka semua males-males.

Semua contoh diatas adalah tanda kita terpelanting dalam willpower trap : atau sikap yang menjadikan kemauan diri (willpower) sebagai biang keladi. Akibat asumsi yang keliru ini, kita kemudian meracik jurus solusi yang juga jadi “lucu”.

Begitulah, karena menganggap karyawan kita kurang motivasi lalu kita mengundang ahli motivasi : yang dengan gagah menjelaskan bahwa kerja itu bukan sekedar tindakan fisik dan mencari uang belaka (jadi kalau begitu untuk cari apa dong). Dan bahwa kerja itu bagian dari ibadah yang mesti kita tekuni dengan penuh dedikasi (aih, aih, betapa manisnya kalimat ini. Problemnya, minggu depan para karyawan itu kembali ke mode tulalit).

Atau untuk mendorong banyak orang jadi entrepreneur, lantas ramai-ramai muncul seminar dengan tema seperti itu (harapannya dengan itu banyak orang terdorong jadi saudagar).

Atau untuk membuat orang berbondong-bondong shalat Subuh di mesjid, kita hadirkan ustadz-ustadz keren di layar televisi (yang mengabarkan kemuliaan shalat berjemaah di mesjid).

Problemnya : semua solusi itu keliru karena tergelincir dalam willpower trap tadi. Keliru karena berangkat dari asumsi yang juga keliru : yakni bahwa penyebab kenapa perilaku orang tidak optimal adalah karena kemauannya yang kurang.

Padahal riset-riset tentang human behavior menyebut satu elemen yang jauh lebih powerful dalam menentukan perilaku seseorang. Elemen itu adalah KONTEKS. Atau situasi di sekeliling kita. Atau lingkungan dan separangkat infrastruktur yang mengitari kehidupan kita.

Konteks itu bisa berujud macam-macam : bisa berupa sistem reward and punishment yang jelas, bisa berujud fasilitas gym di dalam kantor, bisa berupa program mentoring entrepreneur baru, bisa berupa hadirnya mesjid di depan rumah kita, dan beragam contoh lainnya.

Intinya konteks adalah seperangkat situasi dan infrastruktur yang ada di sekeliling kita; yang amat berperan dalam menentukan perilaku kita.

Begitulah misalnya, ratusan riset menunjukkan hadirnya sistem reward dan punishment yang tegas membuat level motivasi karyawan naik 5 kali lipat lebih tinggi (dan ini tanpa perlu pakar motivasi yang hanya bisa blah-blah itu). Studi juga menujukkan fasilitas Gym di lingkungan kantor membuat karyawan lebih rajin tiga kali lipat untuk berolahraga.

Program mentoring untuk menciptakan calon wirausaha baru juga jauh lebih efektif untuk membangun barisan entrepreneur unggul (dibanding ratusan seminar).

Dan aha, bangunan mesjid di dekat rumah, ternyata cenderung membuat penghuni rumah itu rajin datang ke mesjid (meski tidak semuanya juga sih).

Semua ilustrasi diatas adalah contoh kekuatan konteks. Hadirnya konteks (berupa sistem atau lingkungan infrastruktur) ini memberikan dorongan powerful untuk mengubah perilaku seseorang.

Dan sebaliknya, tanpa kehadiran konteks yang pas, banyak orang tidak terdorong untuk mengubah perilaku ke arah yang diiinginkan.

Dengan kata lain, banyak orang yang tidak melakukan perilaku yang diharapkan, bukan karena orang itu malas, tidak punya motivasi atau kurang punya kemauan. Study after study menunjukkan, sebabnya lebih dikarenakan tiadanya konteks yang pas. Atau tidak hadirnya dukungan sistem dan lingkungan infrastruktur yang mampu mengubah perilakunya.

Demikianlah, kelak ketika Anda merasa kurang berhasil menjalani impian hidup Anda (berolahraga secara teratur, rajin shalat Subuh di mesjid, lebih tekun dalam bekerja, lebih gigih dalam meraih cita-cita menjadi wirausaha sukses), jangan segera menganggap diri Anda malas, dan menyesali diri sendiri.
Problemnya mungkin konteks di sekeliling Anda yang kurang pas. Dan karena itu, perlu segera direkayasa agar lebih pas dengan tujuan hidup Anda. Bahasa kerennya : context reengineering.

Sabtu, 07 Maret 2020

Romantic Fatalism


Mungkin aku adalah salah seorang penganut Romantic Fatalism yang melihat keadaan jatuh cinta itu dalam persepsi fatalistik tentang romansa, di mana jatuh cinta itu suatu peristiwa kebetulan yang tak terelakkan dan suatu yang telah ditakdirkan sebelumnya. 

Alain de Botton mengatakan setiap orang modern memiliki suatu ketidakkonsistenan dalam pemikiran: pada dasar merindukan otonomi individu dan kebebasan memilih (free will), namun masih ingin percaya bahwa cinta, komponen utama dalam kehidupan, telah ditentukan sebelumnya. 

Keyakinan inkonsistensi semacam itu diaplikasikan dengan tindakan hati-hati mencari persamaan di antara mereka dengan calon pasangannya yang akan memberikan bukti bahwa perihal takdir yang disebut di atas adalah benar.


Rabu, 26 Februari 2020

Indonesia Negara Maju

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AFP)

Dari Amerika Serikat, Presiden Donald Trump mengeluarkan Indonesia dari daftar negara berkembang. Trump tampaknya ngambek dengan daftar itu dan merasa dirugikan lantaran kompetisi tidak lagi adil.

Kekesalan Trump terutama kepada China yang mendapat banyak keuntungan karena statusnya sebagai negara berkembang. Dalam perdagangan, tarif bea masuk barang dari negara berkembang lebih kecil dibanding negara maju.

Tidak hanya Indonesia, 24 negara lain juga akan dicoret dari daftar negara berkembang. Negara itu adalah Albania, Argentina, Armenia, Brazil, Bulgaria, dan China.

Kemudian ada Kolombia, Kosta Rika, Georgia, Hong Kong, India, Indonesia, Kazakhstan, dan Republik Kirgis.

Selanjutnya ada Malaysia, Moldova, Montenegro, Makedonia Utara, Romania, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Thailand, Ukraina, dan Vietnam.

Bagaimana Indonesia menanggapi hal ini dan apa dampaknya? Yang langsung terasa adalah fasilitas pinjaman dari luar dan rendahnya bunga untuk beragam proyek tidak lagi dinikmati Indonesia.

Tapi tenang saja. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlangga Hartarto mengaku tidak khawatir.

Untuk pemerintah, ini mungkin janji kampanye yang terwujud lebih awal: menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Terima kasih Trump!

Sabtu, 22 Februari 2020

Terjebak Penjara Rasa

sesaat kita bersama
ada rasa yang terbersit di hatiku
aku tak tahu apa yang terjadi padaku
binar matamu bagaikan penjara

alam pun terasa berbeda
ketika dunia punya cita rasa baru 
aku benar benar terjebak tanpa daya
namun tak ingin keindahan ini berlalu

sungai itu telah menghanyutkanku
dalam aliran gairah penuh suka
samudera itu telah menenggelamkanku
dalam pelukan harapan tanpa duka

Rabu, 19 Februari 2020

Spesies Unik

Manusia itu spesies paling unik kalo gak mau disebut gila. Menyembah Tuhan yg tak nampak, tapi menghancurkan alam semesta yg didepan mata. Tidak menyadari bahwa alam yg dihancurkannya itu adalah Tuhan yg disembahnya...

*terjemahan bebas


#manunggalingkawulogusti

Rabu, 05 Februari 2020

238 WNI dipulangkan dari Wuhan

 

WNI yang dievakuasi dari Kota Wuhan, China turun dari pesawat setibanya di Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Minggu (2/2/2020). Kemudian diterbangkan kembali menuju Ranai, Natuna untuk menjalani observasi.(AFP/RICKY PRAKOSO)

 

Kecemasan yang ditimbulkan karena virus corona masih berlanjut dan meluas. Pemerintah kita memulangkan 238 warga negara Indonesia yang dinyatakan sehat dari Wuhan, China.

Sejatinya, ada 245 warga Indonesia di Wuhan. Namun, 4 warga Indonesia menolak dipulangkan dan 3 warga Indonesia tidak lolos screening.

Penjelasan ini disampaikan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang dalam dua pekan  ini berkantor di Natuna.

Warga Indonesia dipulangkan menggunakan Batik Air, Minggu (2/2/2020) dan saat ini dikarantina selama 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau untuk keperluan observasi.

Kenapa Batik Air? Batik Air dipilih pemerintah karena satu-satunya maskapai Indonesia yang punya penerbangan ke Wuhan dan memiliki pesawat yang disyaratkan.

Indonesia juga memutuskan menutup penerbangan dari dan ke daratan utama China. Keputusan ini berlaku mulai Rabu, 5 Februari 2020.

Sejumlah negara juga mengambil keputusan serupa. Ada sembilan negara lain mengambil keputusan seperti Indonesia.

Di seluruh dunia, hingga Minggu (2/2/2020), jumlah korban virus corona mencapai 305 pasien meninggal dan 14.568 kasus infeksi di seluruh dunia, terutama di China.

Kabar baiknya di tengah kepanikan ini, jumlah pasien sembuh karena virus corona lebih banyak dan menunjukkan tren meningkat.

Meski demikian, kewaspadaan tetap harus kita pelihara. Juga ketika mendapati berita-berita tidak benar yang mengalir untuk menambah sebaran kepanikan.